Olimpiade Internasional bukanlah momok menakutkan bagi para pelaku seni sains dengan pengetahuan yang jauh dari kata hijau. Mereka lawan berbahaya bagi beragam murid dengan nilai tiga bintang di setiap ujiannya. Mereka otomatis merengkuh lima bintang bagaikan hotel bintang lima yang tersebar di seluruh Indonesia setelah mengkhatamkan lima kali Olimpiade Nasional dalam rentang lima tahun. Diikuti setiap tahunnya diselenggarakan Olimpiade Sains antar daerah yang hanya bernilai kecambah saja bagi mereka. Mereka tidak jago-jago amat dalam bidang gerak jasmani, tapi setidaknya mereka cukup handal dalam menuntaskan persaingan antar kelas.
Bakat mereka tercium berkat rekomendasi masing-masing sekolah menengah pertama dari setiap individu. Untuk kelas XIIA1 yang mengepalai 7 kelas lain di bawahnya. Kelas XIIA2 bukan tidak pintar, tapi dikhususkan untuk ilmu sosial yang beretos kerja tinggi. Setiap penghujung semester, guru-guru di SMP akan menilai ujian semester para siswa kemudian dilakukan ranking dari satu sampai sepuluh. Sepuluh besar akan menjadi andalan SMP itu untuk menelurkan bakat alami di bidang sains dan ilmu sosial. Adapun untuk murid yang merasa dirinya handal untuk terjun langsung ke lapangan, akan diarahkan ke sekolah kejuruan saingan dari SMA Karya Nusa, yakni SMK Prioritas Pangkalpinang dengan segudang siswa yang siap jadi profesional di dunia kerja.
Memang awalnya siswa-siswi jebolan SMK mendapatkan cap anak nakal dari persepsi awam masyarakat. Beruntung SMK Prioritas menjadi satu-satunya SMK yang dapat menyaingi gempuran persaingan sekolah di rentang jumlah kelulusan. Pintar dan handal menjadi seruan utama seluruh guru yang mendidik dan mendisiplinkan siswa-siswi disekolah itu. Bahkan saat masuk ke sekolah itu, auranya sama seperti yang ada di SMA negeri bahkan di SMA Karya Nusa.
Namun, untuk persaingan di bidang olimpiade sains akan diserahkan secara seksama pada pihak SMA Karya Nusa, tempat murid yang berbakat dibalut dengan usaha dan kerja keras.
“Pak, di Jerman nanti bagaimana kami bisa bertahan dari kepungan cuaca?” sergah Ilham yang memulai sesi tanya-jawab setelah Pak Ghana mengakhiri deskripsi dan penjelasan singkat tentang Olimpiade Internasional.
“Tenang, saja. Disana kalian tidak akan apa-apa.” air muka percaya diri Pak Ghana nampak cerah walaupun ragu suhu disana apakah akan jadi lebih buruk dari biasanya.
“Bawa saja jaket tebal terus selimut tidur mu di sepanjang acara nanti, boi.” celoteh Andra cukup mengernyitkan dahi Ilham yang menanggapi dengan serius.