Kehadiran Olimpiade Sains Internasional semakin menampakkan batang hidungnya. Persiapan administrasi ke luar negeri sudah disediakan sekolah jauh-jauh hari. Mereka yang ikut Olimpiade untungnya sudah 17 tahun, jadi lebih mudah untuk kepengurusan remeh temeh administrasi. Tidak ada keraguan, tidak rasa canggung, apalagi rasa malu terlintas dari paras squad jenius yang diciptakan oleh Pak Bambang Laksana, kepala sekolah SMA Karya Nusa yang baru menjabat satu tahun.
Keluarnya keputusan untuk merembukkan lima orang handal itu cukup sulit. Beberapa bulan sebelumnya bagaikan meluruskan benang kusut dengan sekali tarik bakal memutuskan benang itu. Saling ego nampak terpancar dari air muka keempat orang lain selain Andra. Ilham memang berkeinginan untuk satu tim dengan Andra, tapi tidak dengan tiga yang lain. Mau tidak mau terpilih lah tiga yang lain dengan nama: Gerardo Martin, Miftakhul Huda, dan satu perempuan, yakni Anggirin Prinatya.
Tidak ada yang membantah dengan formasi super kuat itu. Apalagi dengan kecerdasan perempuan yang ada pada gadis blasteran Thailand yang ayu parasnya, banyak menguasai setiap titik dalam gaya fisik, mekanik, dan kinetik. Begitu juga ilmu kelistrikan yang seharusnya hafal luar dalam. Apalagi gadis ini juga jadi titik magnet yang kuat bagi kaum Adam di sekolah.
Sampai Ganesha pun terkagum secara rahasia dengan pesaing beratnya itu. Jika ilmu mereka dikombinasikan, entah berapa jumlah kekuatan otak yang nampak pada dua kepala mereka. Selisih ilmu mereka juga tak terpaut sejengkal dan saling membuntuti. Hanya takdir yang berkata lain.
Anggirin tergantikan oleh Ganesha dalam quintet jenius siswa SMA Karya Nusa. Walaupun itu tak masalah, Anggirin merasa seperti memegang sekarung batu. Berat memang. Ia harus merawat ayahnya yang mengalami komplikasi jantung dan Anggirin harus banyak stand by dirumah. Meski, ia dari kalangan mid-end, hanya saja tak bisa dibiarkan begitu saja keadaan ayahnya yang tak terlalu bisa mengandalkan anggota tubuhnya lagi. Tak lagi memandang ini sebagai persaingan, Ganesha luluh dan akan menjanjikan kemenangan manis sewaktu pulang dari Jerman kepada Anggirin. Kedua kelingking bersilangan. Tanda memasang janji antara dua pasang muda-mudi calon ilmuwan Fisika.
Walau Ganesha hanya mengenyam sekali Olimpiade Sains antar Provinsi, tak membuat surut semangatnya. Malah menggebu lah gaya-gaya Fisika statis didalam hati Ganesha menjadi suatu gerak-gerik Fisika dinamis. Ia tak akan mengacuhkan setiap titik yang dikuasai Anggirin demi menutupi kelemahan yang barang tak sampai sejengkal. Paranoid? Bukan, lebih kepada menjaga janji itu seratus persen selamat di tangan gadis yang mulai disukainya itu.