Dua tahun sudah, Indri-Ayu mendeklarasikan diri menjadi blok yang terpisah. Blok barat dan blok timur. Tak jarang, baku hantam ilmu sering menjadi pemandangan membosankan bagi penonton yang melihat itu. Indri yang belakangan diketahui sebagai pendiri Sindikat Persatuan Pers Semenanjung Sekolah atau dengan mudah disebut organisasi pers sekolah.
Bukan hal gampang. Itulah yang menggerakkan majunya ekskul – ekstrakurikuler secara singkat – pers di setiap sekolah. Kemajuan penyampaian aspirasi sudah mengakar kuat setelah runtuhnya pembungkaman publik pada zamannya. Awalnya, ia terbentur tembok besar: ekskul baru tidak boleh dibentuk apa pun tujuannya.
Indri geram. Dan mengupayakan kecerdasannya sekaligus kelihaian dalam berbuat licin, ia mampu meruntuhkan tembok itu. Dengan siasat: mengantarkan identitasnya sebagai murid pintar dan menjadi kenalan orang-orang dalam Dinas Pendidikan Provinsi. Ia mengajukan permintaan ke sana untuk bisa fleksibel dalam membentuk ekskul pers sekolah. Dan, eureka! Seakan membalikan telapak tangan dengan gampangnya.
Orang-orang lebih percaya dengan pribadi pintar manusia lain. Mulai dari pintar menjaga ilmu, menjaga lisan, dan pintar menurunkan rasa congkak akan kepintaran akalnya itu. Ia beralibi dunia pers juga butuh tenaga baru dan regenerasi didalamnya. Sehingga setelah tamat mengenyam bangku sekolah, anggota pers sekolah bisa tetap berada di lingkungan pers atau dunia berita, baik itu dari media cetak ataupun dari balik layar.
Alibi demi alibi ia pelajari dari film detektif, novel detektif, syair yang harus dua sampai tiga kali berfikir baru paham maksudnya, hingga berbincang dengan polisi untuk merangkul ilmu deduksi. Bukan wartawan namanya kalau cuma sedikit referensi. Ia menjamah media online dan terbang kesana-kemari demi mengumpulkan apa yang ia inginkan: ilmu deduksi sempurna. Entah ia ingin jadi detektif atau reporter.
Berawal dari seringnya ayahnya menonton tayangan berita nan menjemukan pengganti animasi lompat-lompat lincah favoritnya. Penasaran tampak di wajahnya akibat rutinitas ayahnya setiap ba'da Isya yang tak menunjukkan tanda-tanda untuk beranjak dari channel itu. Menarik juga pikirnya.
“Ayah, orang itu sedang apa?” Indri kecil berumur delapan tahunan menarik diri untuk mencari jawaban orang yang berbicara didepan televisi dengan penuh keyakinan.
“Itu namanya reporter, nak. Itu profesi yang penuh pertanyaan dan diskusi.”
“Dia diskusi dengan siapa, yah?” polosnya Indri kecil membuat ayahnya terlupa informasi yang sedang tampil.
“Sebelum dapat informasi ini, mereka harus diskusi dan bertanya pada narasum- eh, maksudnya orang yang punya informasi itu.” jawaban yang cukup memuaskan membuat Indri mengeluarkan ekspresi O seakan tahu banyak.
“Narasumber, kan, Yah?” baru saja reporter dibalik layar itu mengeluarkan kata-kata yang tersendat dari ayahnya tadi.
“Betul, nak!” seringai canda dan bangga ayahnya akan calon reporter itu membuat ibunya geleng-geleng kepala.
Lewatnya waktu seakan-akan hujan yang dulu mengguyur jalanan dan pekarangan rumah berdempet menjadi hilang setengah wujudnya seperti baru saja terjadi. Rentang jarak antara hujan tragis itu dengan momen bertumbuhnya calon reporter itu, membuatnya yakin perjalanan hidup reporter dari waktu ke waktu menjadi kuat menurutnya. Tapi, satu poin yang dilupakannya ketika menjamah ilmu reporter: respect. Ia lupa kalau itu harus ditegakkan untuk mendapat atensi dari narasumbernya. Hingga membuat dia jadi seperti ini.
Ketua Pers Siswa melawan Ketua Dewan Siswa.
Indri yang tak terima dengan terpilihnya ketua kelas XIIA1 yang baru seminggu menjabat: Andra, melabrak sang Mami Tiri yang senang bukan kepalang sudah memecah pembatas komunikasi dengan idolanya itu di meja kebanggaannya dengan beberapa kertas diatasnya berikut perabotan alat kantor, juga komputer dinas dari sekolah, turut juga menghiasi buku-buku psikologi, sains, agama, cerita legenda, dan yang mengejutkan kisah Aisyah Istri Rasulullah, serta tak lupa ada bekal makanan yang baru ingin dipegangnya dengan isi: Semur daging cincang buatan ibu paling rajin dirumahnya juga ditemani lontong yang semerbak daun pandannya.