Trik 5: Masih dengan pemandangan Mr. Wizard melayang di udara sambil bersila, ia hanya tersenyum dan dibalas dengan tercengang nya para penonton yang menikmati empat trik sebelumnya. Tak ada tanda-tanda bakal goyah atau rapuh, tongkat itu tetap tegak menopang tangan kanannya yang setia bertengger di ujung atas tongkat putih hitam itu. Sembari menikmati keindahan wajah bingung khalayak ramai, ia menyisir pandangan ke arah paling belakang tempat Andra mampir dengan tangan mencengkeram ponsel.
Tak lagi ia temukan anak itu. Dimana bocah fenomenal itu? Ditengah seriusnya orang saling tanya jawab soal pengalaman hidup, ia malah menyerobot masuk dan ikut dalam interaksi pelaku atas panggung. Jurus analisa cepat Andra bisa mencairkan suasana yang kondusif. Bukan hal sia-sia memang. Tapi, cukuplah baginya untuk menaruh sekeping ilmu psikologi di otaknya yang terang benderang. Mr. Wizard ingin tahu apa yang menyebabkan ia menjadi sefenomenal itu. Tak perlu kenal terlalu dekat pun sudah dapat diintip kekuatan otak yang bahkan dapat menembus ke kulit matahari sekalipun.
Dimana pemuda itu?
Pencariannya terpecah saat penonton menarik napas panjang secara cepat dan….
Andra berada tepat di belakangnya.
Bagaimana bisa?
Benar, ia memanfaatkan atensi tongkat itu yang gagah tegak mengangkat raga Mr. Wizard dengan perawakan yang tidak kecil. Sementara aman, langsung ia mengitari belakang kerumunan menuju titik buta si pria sulap yang rendah hati itu. Kali ini ia yang terkesiap. Si pemuda yang tak merasa dirinya fenomenal, namun tidak demikian, membuat dirinya sendiri menjadi lebih fenomenal.
“Looking for me, sir?” Andra tersenyum simpul dengan hasil yang memuaskannya.
“So, I will be the next participant, right? I'm ready to get asked.” tanpa jeda sedikit, ia juga mengambil ancang-ancang untuk duduk di bangku dekat pria duduk melayang dengan tongkat.
“Ah, okay, boy. If you say so.” masa terkesiapnya sudah habis dan langsung beranjak ke inti cerita.
“Now, I will be skip the agreement of this therapy and say thanks to the hero of that night.” pria berjuluk tuan penyihir yang tampil tanpa kacamata hitam ala pesulap lawas menginstruksikan kepada penonton untuk tepuk tangan pada pahlawan di malam kapas berkilau.
Gemuruh tepuk tangan menutupi heningnya malam kapas yang berbeda dari kilauan tetes air mata. Tak ada sedikitpun terlintas rasa bangga atau rasa angkuh karena melakukan hal mulia. Ia hanya penasaran dengan daya tarik psikologi yang terpancar secara spontan dari air muka Mr. Wizard. Tak ada waktu. Ia harus bisa menyalin teknik membaca raut muka, pikiran, sampai lima langkah selanjutnya dari si target yang diajak bicara. Sampai-sampai kelakuan si target bila sedang diajak bercengkrama, dari menggaruk kepala, spontan mencubit hidung walaupun tak ada pilek mengganggu, berkedip dua kali dalam tiga detik, pandangan mata yang tak saling bersentuhan, memegangi lengan, memainkan telapak kaki, menggetarkan kaki dan betis, sampai memainkan tangan sebagai praktik mendeskripsikan sesuatu.
Ragam jenisnya, beda tujuannya pula. Ada makna tersirat dari banyak tabiat spontan manusia saat saling bercengkrama. Tiap maksud bisa jadi mengartikan hal berat ataupun enteng. Andra masih belum menjangkau hal itu. Ia masih meraba-raba filosofi antik pembacaan format muka berikut eksposisi spontanitas mereka.
Demi Ayu dan Indri sampai sebegitu nya?
Terlintas ia terpikir pernyataan itu. Apa karena Indri tak sanggup menahan luapan kekaguman yang padahal cukup singkat didapatnya. Entahlah, orang-orang dengan visi logis tak bisa ditebak selangkah dua langkah.
Harus lima! Bahkan harus sampai berguru dengan Karpov sekalipun, ia mesti membawa pion lemah dan tak berdaya itu menjadi bidak menteri yang gagah berani. Melampaui seorang reguler psikologi, Budi Nugroho, yang makin hari makin gesit untuk meluluhkan Boneka favoritnya Andra. Pertarungan psikologis memang bukan hal yang menyenangkan, membaca kejiwaan yang tidak ada rumusnya bukan pula menjadi musabab seseorang bisa menerawang tabiat orang lain. Apalagi menerobos masuk ke dalam pikiran individu lain yang menginginkan sesuatu atau mengatakan hal terpendam dengan label privasi. Menyusupi hal yang bersifat internal bukan sebuah pirasi, hanya saja mengaduk-aduk pikiran dan memanfaatkannya untuk hal minus adalah kriminalisasi.
Seburuk-buruknya hipnotis adalah yang merangsang hasrat menjadi kriminil yang sudah di luar koridor. Tapi, jikalau digunakan untuk meluruskan kembali orang-orang yang sudah terhisap racun keputusasaan dan mencelupkan otaknya kedalam senyawa berbahaya bagi moral dan akhlak, itu lebih baik.
“So, boy. Uhm Andra, right? I have know that you are not an usual boy. When I was like you, I was just usual as any other teenager. I have not a gift on mine. Bad at studies, and the sports too.” mulai lah drama melankolis yang menjurus pada ratapan masa lalu.
“I…. didn't great at sports too, Sir.” Andra mulai memahami bahasa psikologis Mr. Wizard yang akan mengarahkan pada pujian apa yang dilakukannya kemarin. Ia hanya menerka apa yang ada dibalik pujian itu.
“But, I'm too far from the good.” senyum pahit mulai nampak untuk menunjukkan kekecewaan tanpa sebuah bakat.
“Everyone is smart. But, at certain condition. Anyone who gifted on sports, have a zero points on science. Just like at works. Anyone who gifted on scientific, have a zero points at philosophy music. Isn't it right, Sir?” kendali setir diambil alih oleh seorang remaja yang dari luar tampak nihil dengan pengalaman, tapi ia bicara seakan kenyang akan segala hal.
“Yeah, you were right. But, how did you know that works thing? I'm sure that you haven't been there yet.” entah itu pertanyaan meragukan atau malah mengejek Andra yang mencoba mengurai benang merah dari trik kelima dari Mr. Wizard.
“I….yeah, I haven’t step on that phase yet. But, I did understand what my fathers did for me.” sadar kalau si Mr. Wizard mulai tersinggung karena setirnya direbut, ia melunak.
Si pesulap mulai menerka-nerka kalau si pemuda sok keren ini juga tarik ulur benang merah nya.
“What are you trying to get for? Do you want to get everything on this world?” kebijakan membaca lima langkah pikiran sekonyong-konyong menjadi dialog yang harus disampaikan.
“Yeah, just like my father did. He trying to get everything on this world just for me. But, I always had my big plan than this world.” angkasa raya adalah tujuan utama dari pemuda ingusan itu dengan jalan yang sama terangankan oleh Ayu si pemudi pengkhayal dengan rindunya akan kompleksnya angkasa luar.
Mr. Wizard tak mengantisipasi langkah keenam dari Andra dengan cara memutar balik ke jalur angan. Para penonton nampak antusias dengan pertarungan sengit psikologis pemuda lawan orang yang agak tua. Bukanlah hal mudah menandingi pengalaman individu yang nampak masih melayang oleh tongkat hitam putih di sampingnya. Nampak oleh Andra kalau tongkat itu agak bergetar pertanda ia berhasil mengelabui orang yang tua itu.
“Not just that space thing, right? There's something that make your mind so busy.” setelah tikungan tajam Andra, ia hanya bisa menerka dua langkah saja dari pikiran Andra. Itu pun masih buram.
Ujicoba dilancarkan lagi oleh Andra untuk melakukan manuver tanpa batas dengan pergantian alibi secara acak. Benar-benar seperti mengenakan topeng lain setelah melepas satu.
“I didn’t have the satisfactory points at logical presence anymore. And somehow it was bothering me around.” ini lebih ke arah take it or leave it jika tak mampu mengeluarkan strategi baru dalam berperang.
Pegiat psikologis biasanya takkan gunakan mekanisme bar-bar yang bakal merugikan dirinya sendiri.