RUN: Zombie City

Baggas Prakhaza
Chapter #12

Persiapan Pelarian

Setelah konflik emosional yang tersisa di kelompok, Bima dan Andre menyadari bahwa mereka tak bisa terus berlindung di tempat persembunyian tanpa rencana konkret untuk keluar dari sekolah. Para zombie semakin merajalela, menyebar ke seluruh sudut sekolah, dan mereka tahu bahwa waktu mereka semakin menipis. Bima mulai berpikir keras untuk menemukan cara agar kelompoknya dapat melarikan diri dengan selamat dari tempat yang semakin menakutkan ini. Bersama Andre, mereka mulai menyusun strategi pelarian yang matang.

“Kalau kita tetap di sini tanpa melakukan apa-apa, kita nggak akan selamat. Kita harus cari cara untuk keluar,” Bima berkata dengan tegas sambil memandang Andre.

Andre mengangguk, setuju dengan gagasan Bima. “Iya, kita harus cari jalan keluar. Kalau kita bisa dapat senjata atau alat apapun untuk melawan zombie, peluang kita pasti lebih besar.”

Mereka berdua kemudian memutuskan untuk mencari peralatan di sekitar ruangan sekolah yang bisa dijadikan senjata. Mereka beranjak dari tempat persembunyian sementara menuju ruang perlengkapan kebersihan di ujung lorong lantai tiga, tempat yang kemungkinan memiliki benda-benda yang dapat digunakan untuk bertahan.

Sesampainya di ruang perlengkapan, Bima dan Andre segera mengamati isi ruangan dengan seksama. Di rak bagian atas, mereka menemukan beberapa benda yang terlihat berguna—tongkat pel dan sapu yang cukup panjang untuk dijadikan alat pertahanan jarak jauh. Di rak lain, mereka menemukan sebotol cairan pembersih dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. Bima mengambil botol tersebut dengan hati-hati.

“Cairan pembersih ini bisa kita pakai. Alkoholnya tinggi, jadi bisa kita buat sebagai cairan pembakar. Kita hanya perlu korek api atau sesuatu yang bisa menyulut api,” kata Bima sambil memegang botol pembersih.

Andre tampak berpikir sejenak, lalu menjawab, “Aku ingat di laboratorium kimia, ada korek api untuk eksperimen. Kalau kita bisa ke sana, kita bisa ambil koreknya dan cari beberapa zat lain yang mungkin bisa bantu kita.”

Bima mengangguk. Rencana untuk menuju laboratorium kimia menjadi semakin jelas dalam benak mereka. Mereka menaruh cairan pembersih dan beberapa alat lainnya di tas, lalu melanjutkan perjalanan ke laboratorium kimia di lantai dua. Setiap langkah terasa tegang; mereka tak tahu apakah ada zombie yang berkeliaran di lorong atau tidak. Ketika mereka berjalan mendekati tangga, terdengar suara langkah kaki menyeret di lantai bawah. Mereka saling berpandangan, tahu bahwa suara itu kemungkinan berasal dari zombie.

“Kita harus diam dan perlahan-lahan menuruni tangga. Jangan sampai mereka dengar langkah kita,” bisik Bima.

Andre mengangguk, mereka berdua berusaha setenang mungkin, menahan napas saat menuruni tangga menuju lantai dua. Saat mereka sampai di lantai dua, Bima mengisyaratkan Andre untuk berbelok ke arah kanan menuju ruang laboratorium. Ruangan ini terletak di ujung lorong, dan mereka harus berjalan melewati beberapa kelas yang sudah rusak dan berantakan. Sesekali, mereka melihat pecahan kaca dan jejak darah di lantai, membuat suasana semakin mencekam.

Akhirnya, mereka sampai di depan laboratorium kimia. Bima mengintip dari jendela kaca untuk memastikan tidak ada zombie di dalam ruangan. Setelah memastikan aman, ia membuka pintu perlahan, dan mereka segera masuk ke dalam.

Lihat selengkapnya