Seorang anak kecil berlari masuk ke rumah. Bibirnya mengembangkan senyum sebab kertas ulangan yang berkibar di tangannya.
“Ma, lihat nih! Bahasa Inggrisku dapat 100 lagi!” Anak itu memamerkan kertas ulangannya yang bernilaikan sempurna kepada mamanya yang tengah sibuk di dapur. Dia bahkan lupa untuk mengucapkan salam terlebih dulu seperti yang sudah mamanya ajarkan setiap hari.
Sang Mama menoleh. Wajahnya lesu. Meski seolah tanpa minat, Mama meninggalkan kegiatan mengupas wortelnya, lalu tersenyum melihat kertas ulangan putranya itu.
“Hebat ya anak mama,” ucapnya dengan suara dibuat-buat senang. Tapi anak yang masih berumur 8 tahun itu belum mengerti, ada sesuatu yang salah. Ada aura hitam yang melingkupi tubuh mamanya.
Anak itu tersenyum bangga, “Mama bilang kalau Bahasa Inggrisku bagus, kita akan ke luar negeri ketemu papa. Nanti aku bisa sekolah di sana dan kita bisa tinggal bareng-bareng papa? Iya, kan, Ma?”