Ada dua alasan mengapa kamu sulit melupakan seseorang. Entah karena dia sangat menyakitimu atau dia sangat berhasil membahagiakanmu.
* * *
"Kenapa kita harus putus?"
Pertanyaan Maherjuna membuat Kiran menoleh dengan cepat. Namun cewek itu diam, tidak menanggapi apa pun pertanyaannya. Sekarang dia sudah membiarkan Maherjuna untuk menginap di rumahnya ketika melihat keadaan mantan kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja.
Kiran memang baik, dia masih merasa kalau Maherjuna tidak perlu dijauhi. Mereka kini bahkan saling duduk bersebelahan di satu sofa yang sama. Namun cowok itu ternyata masih menganggap kalau kebaikan hubungan mereka semestinya tidak membuat keduanya berpisah.
"Kenapa lo gak bisa mencintai gue lagi?" Maherjuna kembali mengajukan pertanyaan. "Kiran?"
Kiran mengambil dua gelas teh yang sudah dibuatkan oleh pembantunya tadi. Ia memberikan segelas ke Maherjuna sebelum akhirnya cewek itu membuka suara. "Harus banget bahas kita?" tanyanya tidak suka. "Gue ajak lo masuk supaya lo bisa cerita ke gue, apa masalah lo?"
"Putusnya hubungan kita juga jadi masalah gue," balas Maherjuna cepat. "Mungkin bagi lo nggak. Tapi bagi gue itu masalah. Saat cewek yang sangat gue sayang. Namanya Kiran, dia baik saking baiknya sampai jujur kalau dia mencintai cowok lain. Cowok yang gue gak pernah tau, apa kelebihan dia dibandingkan gue? Apa kekurangan gue sampai pacar gue sendiri pilih dia?"
Kiran terdiam mendengar semua perkataan cowok itu. Baru kali ini Maherjuna akhirnya mengatakan segala hal yang mengganjal hati dan pikirannya. Saat Kiran meminta putus karena cewek itu mengakui jatuh cinta dengan cowok lain, Maherjuna berpikir mungkin ia memiliki kekurangan sampai akhirnya Kiran merasa bosan memiliki pacar seperti dirinya.
Namun berhari-hari Maherjuna memikirkan itu, ternyata ia telah bodoh menerima begitu saja tanpa tahu seperti apa pilihan cewek itu. Cewek yang berhasil menyakiti dan membuatnya jatuh cinta secara bersamaan.
"Sekarang ... apa lo jadi pacar dia?" Maherjuna tidak henti-hentinya bertanya, melihat Kiran yang memandang kosong apa yang ada di hadapan cewek itu membuat Maherjuna tertawa. "Atau ternyata perasaan lo bertepuk sebelah tangan? Dia gak cinta sama lo, kan?"
"Juna, sekarang lo pergi dari rumah gue!" bentak Kiran. Cewek itu meninggikan suaranya. "Atau gue panggil satpam gue buat usir lo?"
Maherjuna tersenyum mendengar itu. "Lo nggak akan marah kalau cowok itu terima cinta lo, Kiran. Sekarang apa lo menyesal putus dari gue? Gue yang cinta tulus sama lo tapi lo malah kejar-kejar cowok yang nggak jelas. Lo gak akan dapat kejelasan dari dia karena dia sebenarnya gak punya perasaan yang sama kayak lo."
Kiran bangkit, dia meraih tangan Maherjuna untuk mengikutinya. "Pergi dari sini, Juna!" teriaknya memenuhi seisi ruang tamu.
Mata Kiran memerah menatap cowok di hadapannya dengan kesal. "Ya, gue memang ditolak sama dia. Cinta gue ditolak. Puas lo?"
Mendengar jawaban itu membuat Maherjuna tersenyum bangga. "Bagus."
"Bagus?" tanya Kiran mengulang. "Bagus kalau gue putus dari lo. Sekarang lo bisa pergi ke motor lo dan jauh-jauh dari hidup gue!"
"Jauh-jauh dari hidup lo?" Maherjuna sekarang berhasil membuat kekesalan Kiran memuncak. "Gue akan selalu temuin lo di mana pun, Kiran. Walaupun kita beda sekolah, gue bisa pergi ke sekolah lo. Lo di kafe sama teman-teman lo? Gue bisa temuin. Karena apa? Gue udah tau semua tentang lo, lo pergi ke mana, lo ngapain aja, dan ... gue bisa tau kalau akhirnya lo gak dapat balasan cinta dari cowok yang lo suka."
Maherjuna memang akan menemukan di mana pun keberadaan cewek itu. Setiap hal kecil yang Kiran suka lakukan atau pun segala hal favoritnya pun Maherjuna sudah hapal. Jarak antara Star Reachers School, sekolahnya, dengan Indonesia History School, sekolah Kiran cukup jauh. Tapi Maherjuna akan dengan mudah menemukan cewek itu di segala tempat di IHS, ia bahkan sudah hapal sekali ruangan-ruangan yang cewek itu datangi.