Pukul sebelas malam, Maherjuna sudah sampai di tempat biliar yang biasa ia datangi. Namun ketika sampai Skylar langsung membawanya menjauh sebelum masuk ke dalam tempat itu. Maherjuna jelas bingung karena tiba-tiba saja ia tidak boleh masuk. Bukankah mereka memang janji bertemu di tempat biasa?
"Kenapa gue gak boleh masuk?" tanya Maherjuna cepat.
Skylar menggaruk tengkuknya. "Gini, Ju. Gue nggak jadi sewa tempat ini."
"Kenapa?" Maherjuna kembali bertanya. Tempat mereka bermain kini malah disewa oleh orang lain. Apalagi wajah Skylar sekarang seakan merasa sulit menjelaskan sesuatu kepada Maherjuna.
"Gue lupa kasih tau lo, orangnya gak mau main di tempat ini."
"Hah? Kalau gak mau main di sini terus di mana?"
"Katanya, di markas dia main biliar. Gue paham dia memang paling jago main mungkin bisa aja dia punya tempat lain, Ju." Skylar menambahkan. "Dan dia mau mainnya bukan di sini, permintaannya kayak begitu."
"Dan gue harus nurut apa yang dia suruh?" Maherjuna tertawa tidak percaya dengan itu. "Belum main aja, udah kayak bos gayanya."
"Bego, masalahnya dia memang berkuasa orangnya. Lebih kaya dari gue, Juna." Skylar memberi tahu informasi itu. "Dia tunggu lo di tempatnya, gue akan bantu antar ke sana."
Maherjuna akhirnya menyetujui, ia sudah malas menanggapi orang seperti ini, tapi ia juga secara bersamaan penasaran seperti apa orang yang bisa mengatur seenak jidat. Ia akhirnya kembali naik ke atas motor dan mengikuti mobil Skylar yang lebih dulu jalan untuk memberi arahan.
Kalau bukan karena Skylar, Maherjuna malas melakukan ini semua. Apalagi mengingat yang sering bayar sewa adalah Skylar, Maherjuna hanya bisa pasrah mengikuti arahan temannya itu.
Sampai di tempat yang mereka tuju, bukan cuma Maherjuna yang ternganga namun juga Skylar. "Sumpah, Ju, ini juga baru pertama kalinya gue datang ke tempat ini."
Skylar yang memperhatikan Maherjuna turun dari motornya, belum banyak bicara, cowok itu sedang memperhatikan tempat yang sedang mereka datangi. "Tempat biliar ilegal, Lar."