Kadang aku bertanya-tanya apakah aku akan dirindukan seseorang jika aku pergi sekarang?
* * *
Reisa memperhatikan Geta yang sejak tadi seperti sedang melihat sesuatu. Dia mencoba memeriksa dan tidak terkejut ketika yang diperhatikan oleh Geta adalah Maherjuna. Cowok itu sedang asyik bermain bola basket di tengah lapangan yang sedang panas terik.
Sementara Geta dan Reisa duduk di kursi panjang yang disediakan di depan kelas. Mereka memang memperhatikan ramainya lapangan oleh anak laki-laki. Namun sudah pasti yang diperhatikan Geta adalah Maherjuna.
"Kenapa sih, Ta? Lo kayak lagi nggak ada semangat gitu." Reisa tidak tahan untuk diam saja. "Ada masalah sama Maherjuna atau gimana?"
"Iya," balas Geta cepat. "Bukan Maherjuna aja sih."
"Terus?" tanya Reisa lagi.
Geta menghela napas. "Gara-gara gue masuk ke toilet cowok. Danny, lo tau kan temannya Maherjuna? Dia coba deketin gue, Sa. Pokoknya jijik banget deh. Tuh cowok mengarah ke hal yang jorok dan buat gue gak nyaman banget."
"Kapan Danny deketin lo?" Reisa terkejut mendengar itu. "Kok lo baru cerita sekarang?"
"Dua hari yang lalu," ucap Geta. Cewek itu memainkan seragamnya sambil bergantian menatap Reisa dan lapangan. "Dia bicara sama gue, jaraknya dekat banget. Untung ada Maherjuna, gue gak tau harus ngapain lagi kalau nggak ada dia saat itu."
"Lo harus hati-hati sih, Ta. Pokoknya setiap kali lo lihat Danny berusaha deketin lo. Lo harus buru-buru menjauh."
Saran Reisa membuat Geta mengangguk pelan. Ia memang menjadi selalu waspada ketika melihat keberadaan Danny ada di sekitarnya. Belum lagi cowok itu satu kelas dengan Maherjuna dan terkadang selalu terlihat bersama dengan Maherjuna. Membuat Geta sesekali melirik ke arah Danny untuk memastikan bahwa cowok itu tidak akan berniat macam-macam lagi.
"Tapi gue juga masih kepikiran sih, Sa. Sama apa yang kita lakuin ke pemakaman adiknya Maherjuna." Geta kembali mengungkapkan keresahan hatinya. "Maherjuna tanya langsung ke gue, kenapa gue ada di sana? Gue sama sekali gak tau harus jawab apa. Gue nggak mungkin jujur kita sengaja bolos sekolah buat tau apa yang terjadi sama dia."
Reisa mendengar dan mencoba berpikir. "Iya juga ya, kita ke sana pakai seragam sekolah. Maherjuna jelas banget bingung kenapa kita bisa ada di sana? Lo sih waktu itu pakai nekat buat kasih tau kalau nyokapnya pingsan. Tapi kalau dia udah nggak nanya apa-apa lagi tentang masalah itu, semestinya gak perlu lo pikirin sih, Ta. Biarin dia nggak perlu tau alasannya."
"Tapi dia jadi makin jauh, Sa," balas Geta semakin sedih, menatap sahabatnya itu dengan tidak semangat. "Bukannya buat gue terlihat perhatian ke dia. Buat kasih tau kalau gue sebenarnya peduli karena gue suka dia. Yang ada dia malah mungkin jijik sama gue."
"Terus lo mau kayak gimana, Ta? Masalahnya lo sama Maherjuna kan nggak saling kenal sebelumnya. Dia nggak mungkin bisa tau lo kalau lo sendiri gak tunjukin diri lo ke dia."
Apa yang dikatakan Reisa selalu benar. Walau cewek itu tidak terlalu suka dengan Geta yang suka dengan cowok semacam Maherjuna. Tapi sebagai sahabat, jelas Reisa hanya bisa mendukung. Tidak ada yang bisa memaksa perasaan seseorang apalagi orang itu sendiri--Geta juga tidak bisa melakukan banyak untuk bisa membuat Maherjuna juga sadar kalau cewek itu menyukainya.
Ketika Geta kembali melihat ke lapangan, ia merasa Danny tiba-tiba saja berhenti bermain. Membuat dia sudah berjalan ke luar lapangan. Harusnya Geta biasa saja, namun semakin lama Geta panik saat dirinya sadar Danny menatapnya.
"Sa, Danny mau ke sini!" bisik Geta takut.
Reisa terbelalak dan menoleh ke arah cowok itu. Benar saja kini Danny sudah semakin dekat, Reisa dengan cepat berdiri menghalangi langkah Danny.
"Mau ngapain lo?" tanya Reisa ketus. Tapi Danny tidak menggubris dan malah tersenyum ke arah Geta. "Gue gak nyuruh lo senyum ke sahabat gue! Gue tanya lo mau apa ada di sini?"
Perhatian Danny jadi teralihkan pada Reisa. Geta sendiri mencoba menutup dirinya di balik badan Reisa. Ia benar-benar takut ketika kembali mengingat kalau alasan Danny ingin dekat dengan dirinya karena cowok itu ingin mengajak tidur dirinya.
Geta sama sekali tidak tahu Danny cowok seperti apa. Tapi mengetahui niat buruk cowok itu membuat Geta menjadi bertanya-tanya apa Danny memang suka mendekati perempuan dengan alasan itu?