Setiap manusia memiliki hak untuk mencintai seseorang. Aku ke kamu dan kamu ke dia.
* * *
"Iya, Reisa!" balas Geta gemas sendiri karena sahabatnya itu terus berbicara untuk memastikan dirinya selamat sampai rumah. "Ini gue lagi di halte kok. Sebentar lagi angkotnya ada, gue langsung pulang."
"Janji ya? Langsung pulang!" teriak Reisa di seberang sana. "Gue udah traktir lo tadi di McD. Lo nggak usah balas pakai uang. Tapi lo sekarang harus langsung pulang ke rumah. Lo harus selamat pokoknya."
"Iyaaa perlu berapa kali sih gue bilang iya?" ucap Geta memutar bola matanya malas. "Gue langsung pula--"
Suara Geta terputus ketika ia mendengar bunyi tabrakan tidak jauh dari hadapannya. Cewek itu terbelalak karena kejadiannya tepat sekali ketika Geta menoleh. Semua orang di dekat halte pun langsung menghampiri korban yang terlempar sampai ke dekat trotoar.
Geta mendengar Reisa berteriak memanggil di telepon. Namun Geta tidak menjawabnya, ia langsung mematikan panggilan itu secara sepihak. Cewek itu kini seperti yang lain, melihat kecelakaan itu dari dekat. Ketika sudah sampai, Geta terbelalak melihat darah bertumpah di trotoar.
Melihat pemilik motor yang kini tergeletak kesakitan membuat Geta langsung meringis. Namun bukan itu hal yang membuatnya terkejut. Ia sangat kaget ketika helm itu dibuka oleh seseorang. Menunjukkan wajah si korban yang sudah dipenuhi oleh darah.
"Juna!" pekik Geta segera mendekat. Cewek itu benar-benar berada di dekat Maherjuna, ya, cowok itu lah yang baru saja mengalami kecelakaan dan terlempar cukup jauh. Geta bersyukur Maherjuna terlempar ke pinggir jalan, kalau benar-benar hanya di tengah jalan mungkin ... Geta tidak bisa membayangkannya.
Yang pasti ia akan sangat kehilangan cowok itu.
Geta termasuk salah satu dari orang-orang yang membawa Maherjuna ke dalam mobil. Ia tidak tahu itu mobil siapa, tapi sepertinya pemilik mobil itu mengenal Maherjuna. Namun ketika Geta ingin bicara, pemilik mobil itu terlihat sangat panik saat berbicara ke pemilik warung terdekat untuk menitipkan motor Maherjuna.
"Tunggu!" teriak Geta berusaha menghalangi langkah seorang cowok, pemilik mobil itu. Dia terlihat seumurnya jadi Geta tidak begitu canggung untuk mengajak bicara. "Lo mau bawa Juna ke mana? Ke rumah sakit mana?"
Tetapi tidak ada kesempatan untuk Geta bisa berbicara karena pemilik mobil itu kini benar-benar pergi, membawa Maherjuna dengan cepat. Seolah-olah dia tidak peduli lagi dengan sekitarnya bahkan suara Geta.
Geta menghela napas, ia mengeluarkan ponselnya dengan cepat. Melihat belasan panggilan tidak terjawab dari Reisa. Namun ia mengesampingkan itu. "Rumah sakit terdekat," ucapnya mencari alamat diinternet.
Beberapa daftar muncul dan Geta yakin mobil yang membawa Maherjuna tidak akan mengambil rumah sakit terlalu jauh. Pasti masih di sekitaran sana, Geta segera mencari ojek untuk membawanya ke rumah sakit itu.
Memastikan kalau Maherjuna tidak kenapa-kenapa.
Geta memperhatikan tangannya yang terkena darah Maherjuna. Ia mencoba menenangkan dirinya selama perjalanan. Berharap cowok itu baik-baik saja karena Geta sangat takut saat melihat Maherjuna kesakitan.
Ketika sampai di rumah sakit, Geta langsung mendapatkan ruangan tempat Maherjuna sedang ditangani. Ia berlari untuk sampai ke sana. Sementara Geta hanya melihat si pemilik mobil itu yang kini berdiri di depan ruangan. Cowok itu kini menatap Geta dengan kebingungan, bahkan dia sangat meneliti tangan Geta yang terkena darah.