Saat dia berada di dekatku. Sekawan kupu-kupu dilepaskan dari penangkaran mereka dan sekarang melakukan tarian gembira di perutku. Aku merasa seperti sedang jatuh cinta.
* * *
Langit menumpahkan warna indah hingga menciptakan pemandangan menakjubkan sore ini. Masih di tempat parkir sepi, dua orang yang sejak tadi melangkah bersama masih tetap saling diam. Percakapan terakhir mereka sebenarnya belum usai namun keduanya tetap tidak berani mengatakan lebih dulu.
Geta, cewek itu yang biasanya bicara lebih dulu pun hari ini terus diam. Maherjuna menatap matanya dan Geta sesekali mengalihkan pandangan.
"Gue gak bawa helm dua." Maherjuna mengatakan itu ketika ia menyadari tidak ada helm lagi di motornya. "Nggak apa-apa kalau lo gak pake? Atau lo mau pake punya gue?"
Untuk kesekian kalinya, Geta menatap mata cowok itu. "Gak apa-apa," balasnya cepat. "Lo aja yang pake."
Maherjuna mengangguk, cowok itu menyiapkan motornya untuk segera keluar dari parkiran SRS. Ketika selesai memakai helm, Maherjuna menunggu Geta naik ke motornya. "Ayo!"
"Lo gak salah kan?" tanya Geta masih tidak yakin. "Maksud gue, lo benar-benar mau anter gue pulang?"
"Iya, Glori Ivegta," balas Maherjuna cepat.
Geta menyatukan alisnya, merasa asing saat Maherjuna mengatakan nama lengkapnya. Baru kali ini cowok itu berbicara dengan semudah itu, seakan tanpa ada keraguan. Geta yang malah ragu sekarang, saat-saat ini ia merasa takut untuk berada di dekat Maherjuna.
Takut semakin jatuh cinta kepada cowok itu. Padahal kenyataannya, Geta sendiri yakin kalau Maherjuna tidak akan pernah membalas cintanya. Lagi dan lagi, ia kembali mengingat tatapan Maherjuna kepada cewek lain yang bukan dirinya membuat Geta iri.
Geta tersenyum sedih. Terlalu banyak hal yang ia inginkan dan berujung menjadi perasaan iri yang terpaksa ia sudahi. Sadar diri, Geta tidak akan semudah itu bisa memiliki segala hal yang ia inginkan.
Ketika sudah duduk di motor Maherjuna, Geta kebingungan harus berpegang tangan ke mana. Akhirnya ia memilih untuk mencoba menahan diri agar tidak terjatuh. Motor itu terlalu tinggi bagi Geta, sejujurnya ia takut jatuh.
"Kalau takut jatuh pegangan ke gue," ucap Maherjuna santai. "Gak masalah. Gue gak akan marah."
"Kata siapa gue takut jatuh?" Geta berbalik tanya, bingung. "Gue bisa kok tanpa harus pegangan."
"Lo sendiri tadi yang bilang." Ucapan Maherjuna membuat Geta seketika terbelalak. Apakah ia benar-benar mengatakan itu?
"Kapan gue bilang?" Geta takut-takut namun tetap memastikan.
"Tadi." Maherjuna membalasnya tanpa ada tawa. Walaupun Geta sendiri tidak yakin, cowok itu benar-benar mengerjainya atau memang Geta yang bodoh? Tidak sadar kalau ia memang mengatakannya sampai Maherjuna mendengar.
Melihat Geta yang kebingungan, Maherjuna menggerakkan tangannya ke belakang. Meraih tangan Geta untuk berpegangan kepadanya, membuat Geta seketika menarik tangannya kembali. Ia begitu terkejut karena dengan spontan memeluk Maherjuna. Pada akhirnya hanya seragam cowok itu yang Geta pegang.