Sejak aku mulai jatuh cinta padamu. Aku mencintai segala hal tentang kamu.
* * *
Motor Maherjuna terus berjalan menyusuri jalan yang sudah ia hafal ke mana arahnya. Pagi-pagi ini ia menghirup udara segar yang membuatnya seketika menjadi semangat untuk segera sampai ke tempat yang ia tuju. Sejak semalam ia memang benar-benar memikirkan apa yang terjadi. Bersama Geta selalu membuatnya menyadari sesuatu yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Ia bahkan tidak hanya mengenal cewek itu, namun juga mengenal dirinya sendiri.
Ketika sampai di depan rumah Geta, ia langsung melihat seorang wanita paruh baya ke luar dari rumah cewek itu. Geta pernah bilang kalau orang tua cewek itu bercerai, berarti wanita itu adalah mamanya Geta. Tidak salah lagi ketika beliau melihat motor Maherjuna berhenti di depan rumahnya. Wanita itu langsung memperhatikan Maherjuna. Cowok itu sendiri juga sudah turun dari motor untuk berjalan mendekat.
"Pagi, Tante." Maherjuna mengucapkan salam. "Saya Maherjuna, teman Geta."
"Maherjuna?" tanya mama Geta memastikan. "Geta gak pernah bilang kalau kamu itu temannya."
"Gak pernah bilang?" Maherjuna bingung dengan ucapan itu. Ia jadi kikuk sendiri mendengarnya. "E ... saya baru jadi temannya."
"Iya," jawab mama Geta tertawa pelan. "Pernahnya bilang calon pacar."
Maherjuna mengangkat alisnya. "Maaf, Tante?"
"Berarti Geta berhasil deketin kamu ya?" tanya Ilana malah tersenyum seakan dia sudah membuat Maherjuna paham. Tepat sekali tidak ada Geta di sana, mungkin putrinya akan malu jika Ilana, mamanya berkata begitu jujur setiap Geta mulai membahas siapa yang disukanya.
Maherjuna semakin tidak tahu ke mana pembicaraan itu tertuju. Ia hanya menangguk saja sebagai jawaban. Tepat saat itu mama Geta—Ilana memanggil putrinya itu yang masih ada di dalam rumah.
"Ta!" teriaknya dari luar. "Ada teman kamu nih. Berangkat bareng katanya."
"Iya, Ma." Geta juga menyahut dari dalam rumahnya yang tidak begitu besar ini. "Tapi siapa ya? Reisa gak jemput Geta kok, Ma Tadi Reisa bahkan udah berangkat duluan."
"Kamu keluar aja, Get." Ilana menjawabnya dengan senyuman. Kini mereka menunggu Geta di luar rumah. "Kalau Geta masih lama kamu boleh masuk ke dalam kok, Maherjuna."
Maherjuna menggeleng. "Nggak perlu, Tante. Saya tunggu Geta di luar aja."
"Oke, kalau gitu. Saya mau berangkat kerja dulu." Ilana pamit pergi dan meninggalkan Maherjuna sendirian untuk menunggu Geta. Beliau sudah mulai naik ojek online yang dipesannya.
Sementara Maherjuna tetap berdiri di depan pintu sampai Geta muncul. Ia tidak berniat untuk masuk ke dalam. Menunggu di luar menjadi pilihan yang paling tepat untuk sekarang. Maherjuna tidak ingin membuat Geta bertanya-tanya karena rencananya menjadi terlihat terlalu jauh.
Menjemput perempuan bukan pertama kalinya bagi Maherjuna. Ia selalu siap sedia untuk menemani Kiran ke mana pun. Jadi seharusnya ia juga biasa-biasa saja menanggapinya. Tapi sialnya, untuk saat ini cewek itu berhasil membuat Maherjuna memikirkannya semalaman. Rasanya sama seperti pertama kali dirinya jatuh cinta dengan Kiran, tapi Geta lebih membuatnya terkesan ketika kali pertama ia benar-benar mengenal cewek itu.
Geta muncul dari dalam, cewek itu terbelalak karena teman yang dimaksud mamanya adalah Maherjuna. "Lo ... mau apa ada di sini? Pagi-pagi?"
"Berangkat bareng." Maherjuna tersenyum menjawab itu. "Mau, kan?"
Mendengar itu, Geta terdiam sejenak. Ia memperhatikan cowok itu lama seakan pertanyaan-pertanyaan semalam kembali teringat lagi. "Tapi gue gak minta buat lo datang ke sini, Juna."