Aku melihat cinta setiap kali kita bersama.
* * *
Maherjuna berdiri di samping motornya, ia menantikan Geta di parkiran SRS. Bel sudah berbunyi sejak tadi namun ia belum juga melihat keberadaan cewek itu. Berkali-kali ia mengecek ponselnya mungkin saja ada pesan yang diberikan cewek itu tapi sayangnya sama sekali tidak ada.
"JUNA!"
Teriakan Geta berhasil membuatnya langsung mendongak. Ia melihat cewek itu kini berlari panik menghampirinya. Napasnya terengah karena entah dari mana dia mulai berlari sampai akhirnya ada di hadapan Maherjuna.
"Maaf lama." Geta merasa bersalah. "Tadi ada tugas yang belum selesai dan harus dikumpul hari ini juga."
Maherjuna tertawa mendengarnya. "Gak apa-apa. Gue masih setia tunggu lo di sini."
Lega rasanya, Geta jadi mengangguk senang. Cowok itu memberikan helm putih kepadanya dan siap untuk mengajak pulang bersama. Ketika motor itu jalan meninggalkan lingkungan sekolah, Maherjuna sepertinya tidak benar-benar mengajak Geta pulang. Entah kenapa jalan ini bukan tempat yang mereka lalui sebelumnya.
Geta tidak banyak bertanya walaupun sepanjang jalan ia kebingungan akan pergi ke mana mereka. Yang tidak Geta duga, Maherjuna mengajaknya ke sebuah taman kota yang berada di pusat Jakarta. Motornya berhenti tepat di parkiran yang disediakan sampai akhirnya cowok itu meminta Geta untuk turun.
"Kenapa lo ajak gue ke sini?" tanya Geta penasaran karena ia tidak tahu kalau mereka akan pergi bersama.
"Mau ajak lo jalan." Maherjuna menjawabnya lagi disertai senyumannya. "Sekalian ada yang mau gue omongin ke lo."
Geta melihat tangan kanan Maherjuna terangkat. Kini berhenti tepat di hadapannya seakan menunjukkan uluran tangan itu siap menggenggam. Ia sendiri ragu untuk menerima namun tidak ada pilihan lagi selain Geta harus membalasnya.
Tangan mereka berdua saling bertaut.
Maherjuna membawanya ke tengah taman, ada sebuah danau kecil yang mempercantik tempat itu. Angin sore yang menyejukkan membuat mereka lupa kalau ini masih di Jakarta. Polusi kendaraan seketika menghilang saat mereka makin melangkahkan kaki masuk ke dalam taman.
Keadaan taman cukup ramai sore ini, Geta sama sekali tidak malu untuk datang ke tempat ini bersama Maherjuna. Hanya saja mengingat mereka masih mengenakan seragam sekolah membuatnya terlihat seperti sedang berpacaran dengan cowok itu. Geta merasa tidak nyaman datang berdua ke tempat yang mungkin orang-orang akan memperhatikan dirinya dan Maherjuna.
"Geta."
Geta terkejut ketika Maherjuna menyentuh pipinya. Ia tidak sadar sejak tadi cowok itu memanggil dirinya. Ia benar-benar melamun sampai tidak tahu kalau sekarang Maherjuna berdiri terlalu dekat dan menatapnya bertanya-tanya.
"Apa?" Geta malah bingung.
Maherjuna masih memegang pipinya. Mengusap lembut kulit Geta dan detik ini ia bisa menatap mata cokelat cowok itu dengan jarak yang begitu dekat. "Lo gak apa-apa?"
Geta menggeleng. "Gak apa-apa."
Walaupun kenyataannya bohong. Sekarang Geta merasa tidak baik-baik saja saat Maherjuna belum juga mengalihkan tatapan mereka. Baru kali ini Geta merasa jaraknya dengan Maherjuna sedekat itu. Ia merasakan berdebar saat ini.
"Mau minum, Get?"
"Mau, Juna."
Ia melihat Maherjuna mengangkat kedua ujung bibirnya. Geta tidak mengerti hari ini sudah berapa kali cowok itu tersenyum? Tapi Maherjuna kini memang mendatangi penjual minuman dingin di taman itu, dia membelikan sekaleng minuman ringan untuk Geta. Tidak banyak bicara lagi sampai akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di kursi panjang tepat di hadapannya pemandangan sebuah danau.