Sudah ramai orang di acara ulang tahun teman Maherjuna. Geta melihat di undangan namanya adalah Tyana, itu artinya malam ini yang ulang tahun adalah seorang perempuan. Tidak tahu sejak kapan Maherjuna mengenal Tyana tapi Geta sendiri tidak banyak bertanya selain ikut saja.
Musik sudah terdengar keras ketika langkah Geta sudah mencapai dekat lobi. Terlihat sekali ramainya acara ini padahal hanya ulang tahun. Tempat dibagi menjadi dua, indoor dan outdoor.
Geta hanya mengikuti langkah Maherjuna. Ia memperhatikan cowok itu yang seperti sedang mencari seseorang di antara banyaknya orang yang tidak Geta kenal satu pun. Tapi sepertinya orang yang dicari Maherjuna sangat penting bagi cowok itu.
"Itu Tyana bukan ya?" tanya Geta ketika melihat seorang cewek yang kini memakai gaun mewah. Terlihat mencolok di antara yang lain. "Lo bawa kado buat dia, Juna?"
Maherjuna menoleh menyadari Geta mengajaknya bicara, cowok itu hanya mengangguk-angguk. Tapi tetap terlihat bingung. "Lo mau tunggu sendirian di sini gak? Gue ada urusan dulu sama teman gue."
"Lama gak?" Geta berbalik tanya bingung. Masalahnya kalau terlalu lama ia akan terlihat seperti penyusup yang tidak mengenal semua orang kecuali Maherjuna.
"Gak lama."
Sejujurnya ia tidak percaya namun tetap saja Geta mengangguk mengiyakan. Membiarkan Maherjuna meninggalkan dirinya. Tapi ketika makin lama makin banyak orang membuat Geta semakin memilih di pojok daripada orang-orang melihat diringa yang berdiri sendirian.
Geta melangkahkan kakinya ke luar gedung. Tepat di belakang gedung juga cukup banyak orang yang memilih untuk minum dan makan daripada di dalam yang sesak. Tidak aneh juga karena Tyana, si pemilik acara juga berada di dalam untuk menerima tamu.
Minuman dan makanan enak terpajang rapi di atas meja. Menggoda Geta untuk segera diambil, hanya saja ini bukan acara yang mengundang dirinya langsung. Tapi Maherjuna, jika ada cowok itu mungkin Geta tidak akan ragu memakan makanan di sana.
Tapi perut Geta berteriak untuk memaksa cewek itu mengambil saja. Kalaupun nanti ketahuan orang lain, cukup bilang ia datang bersama teman. Buktinya sudah ada kalau Maherjuna memang memiliki undangan.
Geta perlahan makan dan minum yang tersedia di sana. Cewek itu sangat senang karena ternyata semuanya enak. Membangkitkan rasa laparnya makin menjadi. Awalnya mencoba satu tapi lama-lama Geta jadi nambah lagi dan lagi.
"Lo ada di sini?" tanya seseorang berbisik dan memeluknya dari belakang.
Berhasil membuat Geta tersentak karena seorang cowok baru saja memeluknya dengan cara sedekat itu. Hanya saja ia mengenal suaranya, bukan Maherjuna.
"Ivar?" Terkejut Geta melihat saudara kembarnya sendiri yang baru saja memeluknya.
Ivar tersenyum membiarkan Geta berbalik badan namun cowok itu tidak melepas Geta. Dia tetap memerangkap Geta dengan tangannya. "Lo ada di sini?"
Geta mengangguk ragu. "Iya," ucapnya. "Lo juga ada di sini?"
"Iya. Acara ulang tahun teman gue. Tyana, dia anak IHS juga."
Geta sungguh terkejut mendengarnya. Apalagi untuk bertemu dengan Ivar ia sama sekali tidak tahu apa-apa. Tapi cowok itu berhasil menemukan dirinya yang sudah memilih menjauh dari keramaian.
"Ngapain lo ada di pojok sini?" tanya Ivar bingung. "Tapi gue langsung kenal lo, Ta. Lagi makan lahap banget. Jadi kangen suasana rumah pas ada lo dan mama. Lo emang selalu habisin makanan di rumah."
Tawa Ivar terdengar namun kedekatan cowok itu dengan Geta hampir membuat orang lain menyadari keberadaan mereka. Geta dapat melihat beberapa orang yang melihat tampak berbisik-bisik.
"Var, lepas!" Geta meminta dan mencoba menjauhkan tangan cowok itu darinya. Tapi Ivar tidak juga mau melepasnya.
"Gak mau," tolak cowok itu. "Kapan lagi bisa peluk adik kembar gue ini. Kapan lagi, Ta, kalau bukan sekarang?"
Ivar malah makin menggoda Geta seolah-olah baru menemukan mainan. Dia terlalu gemas melihat keberadaan Geta di dekatnya. Sejak dulu Ivar memang selalu melakukan hal yang membuat Geta kesal karena cowok itu sangat usil.