Aku sudah tidak mencintaimu lagi.
* * *
Melihat sebentar lagi sampai rumah, Kiran sudah menyiapkan tas sekolahnya untuk ia langsung bawa masuk ke kamar. Namun mobilnya seketika terhenti, bahkan seharusnya mobil ini sudah masuk ke dalam halaman rumahnya. Tatapan bingung Kiran tercipta karena sopirnya tidak juga melewati gerbang.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Kiran cepat.
"Di depan ada orang yang halangi jalan, Non," jawab sopirnya. "Itu teman Non Kiran atau bukan ya?"
Kiran makin bingung dengan jawaban itu. Tidak ada temannya yang janji untuk bertemu di rumah. Apalagi sekarang menghalangi jalan mobil Kiran. Tetapi ketika makin diteliti sepertinya Kiran tahu siapa orang itu.
"Tabrak aja, Pak!" ucap Kiran dengan mudah. Wajahnya langsung berubah masam saat melihat orang itu ada di sana.
Sopirnya tampak terkejut mendengar itu. "Ya gak mungkin toh, Non. Saya nanti ditangkap polisi gimana?" tanyanya takut. "Biar Bapak yang samperin ya, Non."
Kiran bersandar di tempatnya sambil menunggu orang itu benar-benar pergi dari rumahnya. Tetapi beberapa menit kemudian sopirnya kembali membuka pintu mobil dan berbicara kepada anak majikannya itu.
"Maaf, Non Kiran. Orangnya gak mau minggir." Pak sopir itu kembali berbicara. "Mau ketemu sama Non katanya. Mau ngobrol sesuatu dan dia gak akan pergi dari sana."
Helaan napas kesal Kiran tercipta. "Ya udah, Pak. Saya bicara sama dia. Bapak tunggu aja di mobil."
"Gak apa-apa, Non Kiran?" tanya beliau lagi.
Kiran mengangguk dan langsung membuka pintu mobil untuk melihat jelas orang itu. Seorang laki-laki yang kini sedang bersandar di motornya lalu menatap tepat ke arah Kiran ketika melihat cewek itu sudah berada di luar.
Berjalan mendekat, terlihat sekali ekspresi Kiran yang membenci cowok itu. "Mau ngapain lo di depan rumah gue?"
Tetapi kali ini bukan tatapan memohon yang diberikan oleh cowok di hadapannya. Saat itu Kiran tahu dia benar-benar mengusir cowok itu itu dari rumah. Tapi kali ini hanya senyuman meremehkan dari yang Kiran lihat.
"Kenapa?" Pertanyaan itu sukses keluar dari mulut Maherjuna, cowok yang kini tidak lagi sama seperti terakhir kali dirinya datang ke rumah Kiran. "Mau suruh gue pergi? Sampai gue udah kayak kriminal yang diusir gitu aja dari rumah lo."
Kiran terdiam sejenak mendengarnya. "Karena gak ada tempat buat lo di rumah gue sekali pun."
"Bodo amat," jawab Maherjuna lagi. "Orang yang lo lihat sekarang sama sekali gak peduli. Lo mau ke sekolah, mau ke kafe, mau ketemu siapa pun juga gue gak peduli. Mau lo suka sama ratusan cowok juga gue gak akan mohon-mohon buat balikan lagi sama lo."
"TERUS LO MAU APA DI SINI?!" Rahang Kiran mengeras. Emosinya terpancing karena ucapan cowok itu, bahkan kehadiran Maherjuna berhasil mengingatkannya kalau semua hal di hidupnya kini berantakan.
"Cuma penasaran," ucap Maherjuna tersenyum miring. "Gimana rasanya rebut pacar orang? Berhasil ya?"