Kamu mempermainkan hidupku.
* * *
Maherjuna kembali masuk ke dalam kamar Viori. Cowok itu merasakan udara dingin menusuk kulitnya ketika dirinya tahu kini kamar adiknya itu terasa sangat kosong saat tidak ada lagi kehadiran Viori di sana. Tapi Maherjuna tidak membutuhkan waktu lama untuk merencanakan semua ini.
Ia dengan mudah menemukan ponsel Viori di dalam laci. Mengambilnya dengan cepat lalu pergi ke kamarnya. Mencoba menyalakan ponsel itu serta berharap kalau dirinya dapat menemukan informasi dari sana.
Maherjuna bersyukur saat Viori bahkan tidak mengunci ponselnya. Ia membuka setiap isi yang ada di sana. Masih lengkap sekali bahkan foto-foto cewek itu juga akun media sosial yang tersambung. Tapi Maherjuna hanya butuh untuk menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Ivar.
Kebencian Maherjuna makin bertambah ketika tahu kalau cowok itu juga yang telah mengambil uangnya. Terutama Ivar juga membuat Viori berakhir menyedihkan di sisa hidupnya. Ia sangat yakin untuk melakukan balas dendam kepada cowok itu.
Sampai akhirnya Maherjuna berhasil menemukan sebuah alamat yang bisa ia lihat melalui email Viori. Di sana, adiknya pernah datang ke salah satu kompleks elite di Jakarta. Tidak salah lagi, Maherjuna yakin kalau itu adalah tempat tinggal Ivar.
Baru saja Maherjuna ingin bersiap untuk pergi dan mencari tahu semua tentang Ivar. Namun ponselnya berbunyi memunculkan nama Skylar di sana. "Halo."
"Lagi apa lo, Ju?" tanya Skylar terdengar basa-basi di seberang sana.
"Gue mau pergi," ucap Maherjuna lagi. "Kalau gak penting, gak usah telepon gue dulu."
"Buru-buru banget. Pergi ke mana?"
Pertanyaan Skylar membuat Maherjuna menghela napas. Namun cowok itu tetap meraih jaket dan berjalan keluar dari kamarnya. Dengan masih memegang ponsel Viori untuk menjadi petunjuk jalannya. Ia tidak segera menjawab pertanyaan Skylar.
"Beneran lo mau balas dendam ke Ivar?" Suara Skylar kembali terdengar.
Ponsel yang masih bertahan di telinganya membuat Maherjuna menjawab dengan gumaman. "Kalau dia gak mati, senggaknya dia harus masuk rumah sakit. Sama kayak yang gue rasain waktu itu," ucapnya dengan langkah cepat menuju ke motornya. "Gue juga bakal pastiin kalau dia gak akan bahagia sama Kiran."
"Tapi Ju, lo kan udah gak suka sama Kiran. Buat apa lo peduli sih?"
"Karena mantan gue yang dulu pernah gue kejar-kejar itu, ternyata jadi alasan dibalik ini semua. Mereka berdua toxic, Lar."
Ketika mesin motor Maherjuna terdengar menyala, suara Skylar masih terdengar santai di seberang sana. Jika dibayangkan, Skylar bahkan sedang bersandar di sebuah sofa nyaman dengan fakta yang bisa saja membuat Maherjuna tercengang.
"Lo gak takut mati, Ju?" tanya Skylar menghentikan pergerakan Maherjuna saat ini.
"Maksud lo?" Maherjuna menautkan alisnya. "Gue gak mungkin mati cuma lawan Ivar."