Kiran keluar dari ruang ganti seorang diri. Seharusnya ia sudah pergi sejak tadi bersama teman-temannya tapi setelah dari kolam renang, ia malah datang bulan. Terpaksa Kiran harus mencuci celana dalamnya terlebih dahulu sampai bersih.
Tadi ia juga sudah meminta Coach Dadi untuk tidak menutup pintu kolam renang karena mungkin Kiran akan membutuhkan waktu lebih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi Kiran bernapas lega saat dirinya telah selesai dari ruang ganti yang memang tersedia lengkap toilet beserta shower untuk membersihkan badan mereka setelah berenang.
Tetapi langkahnya terhenti ketika melihat di kursi penonton masih ada sebuah tas. Itu artinya masih ada orang di sekitar kolam renang. Makin Kiran memperhatikan membuatnya langsung ingat tas itu milik siapa.
"Ivar?" panggil Kiran cukup keras. Matanya melihat-lihat ke segala arah untuk menemukan keberadaan cowok itu namun Kiran sama sekali tidak menemukannya.
Tidak mungkin jika Ivar sengaja meninggalkan tas sekolahnya di sini. Bahkan lupa membawa pulang terdengar seperti alasan bodoh. Walaupun cowok itu menjauh darinya, tapi perasaan Kiran tidak pernah berubah. Tidak mudah semudah itu untuk berhenti cinta.
"Lo di mana, Var?!" teriak Kiran lagi. Sebelum pintu kolam renang ditutup, Kiran harus memastikan kalau Ivar di sini atau tidak. "IVAR!"
Kiran beralih ke air, berharap ada tanda kalau mungkin saja Ivar ada di sana. Tapi yang membuatnya terkejut adalah sebuah ponsel yang kini mengapung tanpa terlihat dari mana benda itu berasal.
Langkah cepatnya untuk mengambil ponsel itu sekaligus membuat Kiran sangat terkejut. Ia dapat melihat ke dalam air kalau di sana ada seseorang. "IVAR?"
Sama sekali tidak ada sahutan dari dalam sana. Kiran yakin kalau di dalam air itu Ivar, tapi dirinya kebingungan apa ia harus masuk ke kolam lagi dan menolong cowok itu? Masalahnya tempat ini sangat sepi dan untuk meminta bantuan akan menghabiskan waktu.
Kiran menaruh tasnya dengan cepat ke kursi. Mengambil napas dalam-dalam lalu lompat ke dalam air. Secepat mungkin menarik Ivar dari dalam sana, matanya yang terbuka kini langsung berhasil melihat keberadaan cowok itu. Kiran makin menyelam ke dalam untuk meraih tubuh Ivar.
Beban tubuh cowok itu membuat Kiran kesulitan untuk mengangkatnya ke atas. Ia berusaha sekuat tenaga namun belum menemukan hasil apa-apa.
"Var!" panggil Kiran mencoba meskipun mereka berdua masih di air. "Sadar, Var!"
Kiran mengecek napas cowok itu, ia bersyukur dirinya tidak telat menyelamatkan Ivar. Kiran sendiri masih berusaha untuk mengangkat tubuh Ivar, seakan usahanya sia-sia, sama sekali tidak ada perubahan dari mereka sejak tadi.
Tetapi Kiran masih menahan Ivar agar cowok itu tidak lagi terjatuh. Tangan kiri Kiran yang bebas terus berpegangan pada tepi kolam agar dirinya dan Ivar masih ada di sana. Hanya saja tangan kanannya makin terasa sakit untuk tetap bertahan memegang tubuh cowok itu.
"TOLONG!" teriak Kiran. "SIAPA PUN TOLONG!"
Kiran hampir menangis karena tangannya mulai tidak kuat. Sementara dirinya tidak tahu sudah berapa lama Ivar tenggelam. Ia tidak mungkin membiarkan cowok itu makin kedinginan saat dirinya sendiri merasakan suhu air mulai berubah hingga membuatnya gemetar.
"TOLONG!" Tangan Kiran kembali mengerat pada tepi kolam. Ia menatap Ivar yang masih tidak sadar, kini dirinya juga memejamkan mata untuk berdoa. "TOLONG!"
"YA ALLAH!"
Suara berat dari arah pintu terdengar membuat Kiran membuka matanya. Ia dapat melihat pria paruh baya, penjaga sekolah IHS, kini mulai membantu Kiran untuk membawa Ivar ke atas. Beliau juga membantu Kiran untuk keluar dari air karena sekarang seluruh tubuhnya basah, seragam IHS sudah sangat kusut, tangan Kiran juga mengerut kedinginan, tapi ia bersyukur bisa selamat.