*CERITA HANYA IMAJINASI PENULIS*
Tahun 23XX
Kalian tau pulau Sumatra? Yang berbatasan dengan Teluk Benggala dan Selat Malaka. Jika tau, maka aku tak perlu menjelaskannya panjang lebar. Pulau Sumatera, aku tak tau mengapa dinamakan demikian. Bahkan buku atau pencarian canggih pun tak ada jawaban yang meyakinkan tentang asal usul nama pulau ini.
Jika kalian mengetahui pulau Sumatra, maka kalian mengetahui pulau Jawa. Yang dulunya menjadi pusat pemerintahan negara. Itu ratusan tahun yang lalu. Sekarang pulau Jawa sedang dalam masa pemulihan. Mengapa ? Menurut sumber yang aku baca, pulau itu tenggelam secara keseluruhan ke dalam laut. Tidak terlalu dalam, hanya beberapa senti meter saja. Namun itu sungguh membuat laju perekonomian yang sedang berjalan pesat terhambat. Dan akhirnya pemerintah memutuskan dengan cepat untuk memindahkan seluruh penduduk serta tatanan pemerintahan ke pulau Sumatera.
Bagaimana dengan pulau Kalimantan? Aku tak tahu. Yang tertulis di buku atau pun pencarian canggih, hanya itu. Jadi kalian jangan memberiku pertanyaan aneh.
Namaku Cut Meutia. Mungkin telat untuk memperkenalkan diri. Tapi kata pepatah nenek moyangku, 'tak kenal maka kenalan'. Seorang gadis berkepala dua yang sibuk dengan perkerjaannya. Tidak ada kisah percintaan yang terjadi selama aku hidup. Dan mirisnya aku juga harus kehilangan cinta dan kasih sayang kedua orang tuaku.
Bunyi grasak-grusuk mengganggu indra pendengaranku. Membuat cuplikan kenangan tentang masa lalu-ku menguap begitu saja. Meja seberang sana memang tak pernah diam. Bahkan saat semua orang sedang tidak melakukan perkerjaan mereka. Meja di sana selalu saja ribut. Dan sialnya aku berada tepat di depannya.
"Cut, apa kau siap? Sebentar lagi evaluasi kerja." Seorang rekan kerjaku bertanya sambil memoles kukunya dengan warna biru langit.
Aku hanya terkekeh pelan, lantas menghembuskan nafas panjang dan berat. "Aku siap kak. Tapi ya, bosan sekali dengan tugasku kali ini."
Dia melirik sekilas, menaikkan alisnya sedikit lalu melanjutkan mewarnai kukunya. "Kenapa? Apa karena klienmu itu seorang kakek tua?"