Runtuhnya Pesona Dewa Yunani

Lail Arrubiya
Chapter #2

Klub Menulis

Saat ini aku senang sekali dengan kedatangan hari Minggu. Hari dimana aku akan bertemu Kai, menikmati setiap lekuk keindahan wajahnya. 

"Maaf, ya, Oppa ... aku mau mengejar kekasih impianku dulu." 

Aku berlagak seakan mereka ada di hadapanku, seperti orang gila memang. Tapi bagi kalian pecinta K-Pop pastilah mengerti kenapa aku bisa begini.

Aku mengenakan baju terbaikku. Dress floral selutut, berpadu dengan sepatu kets putih. Aku mengikat rambutku kebelakang, merapikan sedikit poniku dan memastikan lipstik di bibir merata dengan sempurna.

"Sip, perfect!" sekali lagi aku memastikan penampilanku sempurna di cermin.

Sengaja aku berangkat dengan taksi online agar dandananku hari ini tidak berantakan. Sepanjang perjalanan aku berdebar membayangkan pertemuan kami lagi, hari ini. Dia sudah berjanji akan bertukar opini tentang novel sebelumnya. Aku bahkan membaca ulang novel itu agar bisa menceritakannya lagi tanpa kesalahan.

Saat sampai, sudah ada Kai, Marsya dan Aji di sana. Ketiganya menyapaku ramah kecuali Aji. Dia tidak ketus, hanya datar saja seperti kurang ekspresif. 

"Egi sama Sachi telat. Kita mulai aja, ya?" Kai membuka pertemuan hari ini. 

Aku mengeluarkan buku, pulpen dan laptop seperti yang lain. 

"Karena hari ini adalah hari pertama Kinara gabung, gimana kalau kita beri kesempatan Kinara buat menulis bebas dulu."

Aku terkesiap. Aku belum menyiapkan tulisan apapun. Lagipula saat Kai bertanya tentang menulis, aku mau bilang, "aku cuma nulis surat tagihan." Tapi Kai sudah memotong ucapanku dan mengajak masuk klub menulis ini.

"Tapi aku beneran ga bisa nulis." 

"Bisa. Coba dulu dari hal simpel. Misalnya tentang diri kamu. Seperti mengarang saat sekolah saja." Kai meyakinkanku dengan sorot mata ramahnya.

"Atau tentang orang yang kamu sukai," sela Marsya menambahkan. 

Aku melirik Kai otomatis, lalu segera mencari arah pandang lain. Tapi mataku justru bersitatap dengan Aji. Dia tak berekspresi walau aku melempar senyum. Ah, kenapa pula aku harus tersenyum padanya. 

Padahal aku sudah menyiapkan rangkuman novel yang membuat aku bertemu Kai. Tapi hari ini aku malah diminta membuat sebuah karangan. Aku mengeluh dalam hati, harus menulis apa?

Sementara aku menulis bebas, yang lain sudah menentukan tema. Tema hari ini tentang fantasi, dengan sudut pandang orang pertama. Buku dan pulpen sudah siap bertempur, menuliskan hasil imajinasi mereka.

Aku menyisir sekitar dengan ekor mataku. Semuanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Dan aku masih bingung harus menulis apa. Aku memejamkan mata, berharap ada ilham dalam gelap mata terpejamku. 

Lihat selengkapnya