Kami baru mendengarkan satu lagu pilihan Marsya. Kami masih punya lima lagu yang belum didengarkan.
Setelah satu putaran mengelilingi danau yang indah, serta kejadian indah bersama Kai saat di atas perahu, kami kembali ke tempat duduk semula. Kemudian kembali memulai kegiatan menulis yang sempat tertunda.
"Lagu siapa sekarang?" tanya Kai dengan arah pandang tertuju padaku. " Kinara?"
Aku sedikit ragu, khawatir akan ada yang protes dengan lagu ini. Tapi aku juga tak mau menipu diri, bahwa ini lagi kesukaanku. Sebuah lagu dari Lee Hi, penyanyi asal Korea, berjudul "Only".
Buat aku lagu ini bisa jadi self healing, saat keadaan sedang tak menyapaku dengan baik. Saat ekspektasi terlalu tinggi mengungkungku. Dan akhirnya tak ada yang bisa kuraih, selain rasa kecewa.
"Lagunya ga ada yang lain, Kinar?" tanya Sachi sepertinya kesal dengan lagu yang kuputar. "Ga ngerti, selain the only one-nya," Sachi menggerutu saat lagu baru terdengar di menit pertama.
"Mungkin kalau buat bareng-bareng, pakai lagi dengan bahasa yang di mengerti aja," Marsya menambahkan.
Aku tersenyum kaku.
"Habis aku suka banget lagu ini. Dari kata yang kita ngerti aja, sudah bisa dimengerti, kan, kalau lagu ini tentang satu-satunya orang yang dicintai."
"Tapi ga bisa dimengerti keseluruhan. Apa ada konflik di lagu ini?" Marsya masih tak setuju.
"Tulis aja yang kalian mau tulis," sela Aji seperti biasa, dengan nada datarnya. Kemudian siap mencatat.
Sachi dan Egi mengangkat bahu setuju dengan pendapat Aji. Kai mengangguk pelan dan Marsya menghela nafas mengikuti.
Setelah lagu selesai, Marsya langsung menutup bukunya. Seakan tak ingin membacakan hasil tulisannya, atau entah dia memang tidak menulis.
"Nah, karena ini lagu khusus pecinta Korea. Mari dengarkan dari pakarnya," Sachi memberi tepuk tangan kecil.
Sebenarnya kata pakar tidak tepat untukku. Aku tidak fasih berbahasa Korea, hanya kata-kata dasar yang sering muncul di drama yang ku tonton.
"Cinta sejati yang datang karena percaya
Menjadi pemecah sepi
Menjadi penerang gelap
Memberi warna dalam kelabu
Percaya, dia satu-satunya
Ungkapkan dan jangan sembunyikan."
"Woooah ..." Egi dan Sachi berseru bersamaan. Keduanya memang selalu kompak.
"Sepertinya dia calon Ibu Ketua kita," Sachi asal bicara.
Aku tersipu bukan karena jabatannya, tapi kata Ibu Ketua seakan aku akan bersanding dengan Kai.
Aku melirik Kai, dia juga memberiku tepuk tangan dan acungan jempol. Marsya juga ikut bertepuk tangan dengan senyum tipis. Aji? Dia hanya datar menatap danau.
Kami tak harus berlarut dalam pujian yang tertuju padaku. Aku juga penasaran dengan lagu yang akan Kai putar. Tapi sebelumnya, aku harus sabar mendengar lagu pilihan Sachi.
Aku melongo saat mendengar Sachi memutar lagu milik Imagine Dragon - Thunder. Gadis semanis Sachi menyukai lagu dengan aliran pop-rock. Namun jika melihat tampilan Sachi yang terkesan tomboy, itu jadi tidak aneh.