Runtuhnya Pesona Dewa Yunani

Lail Arrubiya
Chapter #12

Pernah Punya Mantan?

Pagi-pagi aku sudah menggerutu melihat kelakuan Ryan yang seenaknya saja menyuruh Ibu membuat kue kesukaannya. Kue nastar. Imbasnya aku juga harus membantu Ibu membuatnya, padahal sebentar lagi aku harus berangkat ke klub menulis.

"Kenapa ga beli aja, sih," gerutuku setelah berulang kali berdecak kesal. 

"Buatan Ibu udah paling cocok di lidah aku," Ryan menjawab tanpa menoleh padaku.

"Ngerepotin tau!" 

   Dia hanya melirik dengan senyum kemudian kembali ke layar laptopnya. Sama sekali tidak menghiraukan kekesalanku.

"Kamu mau keluar, ya?" tanya Ibu yang sedang mengeluarkan satu loyang nastar yang sudah matang.

"Iya," jawabku bersungut dan tetap memoles nastar yang siap di oven dengan kuning telur. 

"Kamu bisa bawa yang sudah matang, sisanya biar Ibu yang selesaikan."

Ibu mengambil nastar yang selesai aku olesi kuning telur, memasukannya kedalam oven listrik.

"Sekali-kali Ibu tolak dong, kemauan Ryan."

"Dih sirik!" sahut Ryan menyela.

"Ya sirik, lah. Setiap aku yang minta Ibu pasti nunda-nunda. Aku, kan, sama anak Ibu juga." Aku masih bersungut-sungut.

"Makanya berprestasi." Lagi-lagi dia menyela.

Belum mulutku terbuka menyanggah ledekan Ryan, Ayah datang menyela.

"Kamu mau minta mobil juga?" Ayah bergabung dengan Ryan di meja makan. Duduk mengambil koran yang tersedia disana.

"Kalau kamu punya kendaraan, pasti kamu makin sering keluyuran. Sekarang saja, ga ada kendaraan kamu sering keluar setiap Minggu, mengerjakan hal ga jelas."

Aku menelan ludah, melipat wajahku. Malas mendengar ucapan Ayah. 

"Kamu mau berangkat, kan? Sana siap-siap."

Ibu selalu menengahi jika Ayah mulai memojokanku. Tapi setelahnya Ibu akan jadi incaran Ayah. Dia akan menyalahkan Ibu karena selalu membela aku secara tidak langsung. 

Pukul setengah sepuluh Kai sudah tiba di depan rumah. Sebelum berangkat Ibu memberikan satu toples nastar untuk kubawa. 

Aku berusaha sesegera mungkin pergi sebelum Ayah selesai dengan panggilan telponnya. 

Diluar, senyum Kai sudah menyambutku. Senyum itu menjadi penghibur saat sendu ini datang.

Teman-teman yang lain sudah datang saat kami berdua sampai di sebuah taman kota. Di sekitar sudah banyak orang yang datang di hari libur. 

Seperti klub menulis kami, disini juga ada klub-klub lain. Klub skateboard, klub sepatu roda, ada juga beberapa orang yang sedang membuat konten atau foto untuk keperluan online shop mereka, mungkin. Serta sepasang kakek nenek yang asik mengobrol di bangku taman.

Kami duduk di hamparan rumput yang kering dan bersih. Mengeluarkan alat tempur kami. Buku dan pena. Kami sudah sepakat hanya akan menulis di buku. Urusan laptop terserah. Terkadang laptop digunakan saat mencari informasi lewat artikel atau sekedar jadi pemutar musik. 

Aku tak lupa mengeluarkan nastar buatan Ibu. Semuanya berseru melihat nastar mengkilap sempurna dengan aroma khasnya.

"Ah, berasa lebaran," celetuk Egi sambil meraih sebutir nastar setelah aku persilahkan makan.

"Enak. Wah, Kai, kamu bisa dapat nastar gratis lebaran nanti." 

Lihat selengkapnya