Runtuhnya Pesona Dewa Yunani

Lail Arrubiya
Chapter #20

Gosip

Semalam Kai menelpon sesuai janjinya. Obrolan kami panjang malam itu, tentang kedai kopi, tentang menulis dan sedikit tentang kegelisahanku soal kecemburuan.

Awalnya aku hanya ingin menceritakan kesulitanku menulis. Aku baru sadar menulis cerita bersambung bukan hal yang mudah. Mengawalinya saja sudah sulit. Tapi Kai memberiku banyak kalimat positif, meyakinkan kalau aku bisa, kalau setelah paragraf pertama akan lebih mudah melanjutkan.  

"Awalnya memang terasa sulit. Tapi kalau kamu banyak berlatih, pasti mudah."

"Atau memang aku ga berbakat menulis, ya?" Aku mulai ingin berbagi cerita dengan Kai. 

"Menurut aku kamu berbakat, hanya perlu latihan saja." Kalimat dari Kai menciptakan senyum tipis di wajahku. Aku menghela nafas berusaha meyakini ucapan Kai.

"Kenapa? Ada yang mau diceritakan?"

Pria ini selalu peka. Ia nyaris selalu tahu saat ada yang mengganjal di hatiku, mungkin lewat nada bicara atau helaan nafasku.

"Kai, kamu pernah merasa cemburu sama saudara sendiri?"

"Sayangnya aku anak tunggal."

Aku tersenyum melupakan kalau kekasihku ini anak tunggal.

"Tapi aku tau rasanya cemburu. Merepotkan. Kamu sedang cemburu sama Ryan?"

"Ya, sedikit. Dia bisa melakukan apa saja yang Ayah mau. Jadi juara kelas, juara umum, jadi asisten dosen di universitas ternama, bahkan Ayah sudah menargetkan BUMN untuk tempat kerja Ryan," pungkasku lesu.

"Kamu bisa, mungkin dalam aspek yang lain."

"Berharapnya begitu, aku kira aku berbakat menulis. Taunya, mandek bahkan di paragraf pertama," aku tersenyum getir. 

"Kinara, klub menulis kita itu dibentuk supaya member lebih bahagia setelah menulis. Jadi, menulis harus membuat kamu bahagia bukan putus asa. Jangan pikirkan kesempurnaan tulisan kamu, menulis saja! Dan lagi, menulis itu umurnya panjang, bahkan setelah kita pergi dari dunia ini, bisa jadi tulisan kita masih dikenang orang. Mungkin bukan sekarang, tapi ada saatnya, kok. Percaya deh, tulisan kita akan berkembang seiring dengan latihan setiap hari. Oke? Semangat dong!"

Memiliki seseorang seperti Kai menjadi anugerah buatku. Selain wajahnya yang rupawan, aku beruntung bisa mendapatkan penyemangat. Lucky me

===

Siang hari ini sedikit berbeda karena kami kedatangan tamu dari Minyak Tenggara. Akhir-akhir ini Pak Loise memang sedang menggandeng erat Minyak Tenggara. Beliau memberi banyak keistimewaan untuk Minyak Tenggara, berhubung Minyak Tenggara adalah anak perusahaan bidang minyak bumi milik pemerintah. Jika sudah jadi langganan, akan banyak proyek pemerintah yang menggunakan jasa dan alat dari perusahaan Pak Loise.

Pak Loise mengundang Perwakilan Minyak Tenggara ke kantor dengan agenda rapat dan jamuan makan siang yang sudah dipersiapkan sedari kemarin. 

Sayangnya, acara makan siang ini khusus untuk kepala divisi. Kami yang hanya karyawan bertugas menyiapkan dan memastikan jamuan makan siang ini berjalan lancar. 

Tepat jam dua belas, Pak Loise dan para kepala divisi keluar dari ruang rapat menuju ruangan serba guna yang kini disulap menjadi ruang jamuan. 

Kami berdiri sebagai tanda penghormatan serta menebar senyum ramah tamah. Paling belakang ada Aji dengan wajah yang dipaksa tersenyum. Dan aku ingat wajah pria di samping Aji, dia yang pernah bertemu denganku di kedai bakso bersama Kai. Sialnya, mata kami malah bersitatap. 

Lihat selengkapnya