Runtuhnya Pesona Dewa Yunani

Lail Arrubiya
Chapter #28

Merengkuh Damai

Setelah pertemuanku dengan Athan di gudang baru perusahaan ini, aku jadi sering bertemu dengannya. Dengan ringan dia akan menyapaku lebih dulu. Tentu saja, bagi penikmat gosip itu semua bisa dijadikan bahan gunjingan. 

"Kamu jadian sama Athan?" Kak Yuli tiba-tiba bertanya saat jam makan siang. 

Aku yakin Kak Ratna yang sudah kembali masuk kerja juga penasaran. Wajahnya menatapku lekat-lekat.

"Bagus kalau kamu sudah move on dari Kai. Nggak berlarut-larut."

Kak Yuli belum mendengar jawabanku tapi sudah mengambil kesimpulan.

"Ya, aku sudah move on. Tapi bukan berarti aku langsung suka sama Athan."

Kak Ratna memicingkan matanya.

"Serius. Aku temenan aja sama Athan. Karena dia orangnya supel, jadi aku bisa gampang akrab sama dia. Kalian juga bisa, kok, akrab sama Athan kalau sering ngobrol."

"Masalahnya yang disapa cuma kamu," bantah Kak Ratna.  

Aku menggeleng tak menerima pernyataan itu. 

"Hebat ya, baru sebulan dia disini kita bisa menang tender," kata Kak Yuli yang sudah menghabiskan makanannya.

 Aku juga sudah menghabiskan makan siangku. Meremas kotak nasi dan membuangnya ke tempat sampah. 

"Kinara."

Panjang umur. Orang yang sedang kami bicarakan muncul menghampiri mejaku yang sudah rapi.

"Makan siang di luar, yuk," ajak Athan dengan senyum ramahnya. Tidak lupa ia menoleh pada Kak Ratna dan Kak Yuli dan memberi mereka senyum ramah juga.

"Yah, maaf. Aku baru selesai makan. Nasi kotak," jawabku dengan senyum kuda.

Dia berdecak, " padahal aku mau ajak kamu makan bakso. Sebelum aku berangkat ke Kertapati."

 Dia sudah tahu kalau aku penggemar bakso. Kami membicarakannya saat Athan mengantarku pulang dari klub menulis.

"Gimana kalau pulang kerja?" 

"Eh?" 

Kenapa pula dia harus makan bakso denganku sebelum berangkat ke Kertapati?  

Sialnya, aku terjebak perasaan tak enak untuk menolak. Aku mengiyakan.

=== 

Minggu ini Aji tak datang lagi ke klub menulis. Egi bilang dia tak enak badan. Hanya itu yang ia tahu dari pesan singkat Aji. 

"Kita tengok aja," usul Sachi.

"Tau rumahnya?" Marsya menyela sebelum yang lain berseru setuju.

 Tak ada yang tau rumah Aji. Bahkan Egi yang pertama kali membawa Aji ke klub ini saja tidak tahu. 

Lihat selengkapnya