Runtuhnya Pesona Dewa Yunani

Lail Arrubiya
Chapter #39

Pernikahan Egi

Aji menghubungiku pukul sembilan lebih sepuluh menit. Aku hampir berangkat dengan Ryan, tapi kemudian Aji menelpon, bilang ia terlambat. Aku masih menunggunya. 

Aku melihat ada yang berbeda saat Aji datang. Bukan wajah tegangnya saat bertemu keluargaku, itu biasa. Tapi setelah kami berangkat. Di mobil, Aji terlihat bimbang dan gelisah. Tatapan matanya fokus ke jalanan tapi alisnya terus berkerut. Seperti sedang ada yang dipikirkan. 

"Aji, kenapa? Kamu sakit?" Akhirnya aku memberanikan diri. 

Ia mengendurkan alisnya saat sadar aku memperhatikannya. 

"Eh, nggak. Saya minta maaf telat jemput."

"Ga masalah. Aku cuma khawatir kamu kenapa-napa di jalan. Kamu yakin ga kenapa-napa?" Aku masih tak yakin dan cukup penasaran. 

"Kinar, saya bertemu dia."

Dia? 

"Gadis yang pernah meninggalkan saya. Tiba-tiba kami bertemu. Saya nyaris menabrak dia."

Aku terkesiap, namun berusaha mengendalikan ekspresi wajahku. Entah kenapa, ada nyeri di dadaku.

"Lalu?" tanyaku pendek saja.

Aji diam sejenak. Menghela nafas, kemudian menepikan mobilnya. 

"Lalu, kamu bimbang setelah bertemu dia lagi?" Aku bertanya dengan perasaan sakit yang mendadak.

Aji menghela nafas. 

"Dia memberi tahu alasan kenapa dia harus pergi."

Aku menunggunya melanjutkan ucapan tanpa memotong.

"Katanya, dia terpaksa pergi karena ... setelah pertunangan, dia ... dia dilecehkan temannya sendiri."

Kali ini aku tak bisa menyembunyikan ekspresi kagetku.

"Dia ga mau saya menikahi wanita yang sudah tidak suci, menurutnya. Ibunya memaksa dia agar tetap menikah dengan saya. Tapi dia memilih pergi."

Sakit di dadaku semakin nyeri. Gadis itu pergi bukan dengan alasan mengkhianati. Justru karena dia menyayangi Aji. Wajar jika saat ini Aji bimbang.

"Kamu ... masih menyukai dia?"

Aji tak menjawab. 

Dadaku sudah sesak. Tiba-tiba saja aku tak bisa menahan desakan air mata di pelupuk mata. Aku mengatur nafas agar air mata ini tak turun.

"Aji, kalau kamu masih bingung, aku berangkat sendiri aja." Aku beranjak turun sambil menghapus air mata yang akhirnya turun.

Aji mengejarku yang sudah melangkah dengan langkah yang cepat. 

Lihat selengkapnya