Maafkan aku Aji, aku harus nekat berbuat seperti ini. Sudah tiga hari Aji tak menghubungiku, ponselnya mati, sosial medianya tak aktif sudah sejak lama. Aku kelimpungan menunggu kabar dari Aji. Ada rasa takut saat Aji menghilang seperti ini. Dia sudah bicara soal pernikahan dan aku terlanjur menciptakan mimpi indah bersama Aji. Tapi sekarang, dia tak ada kabar. Apa aku di ghosting?
Aku nekat melakukan ini.
Bersama Athan aku duduk di bangku belakang sebuah taksi yang baru saja keluar dari area bandara. Athan menatapku dengan pandangan menyebalkan. Seakan meledek dengan senyum sinis.
Mataku memang sedang men-scroll ponsel yang berisi berita tentang kehebohan ARMY Indonesia yang sedang berperang membeli tiket konser Suga. Sesekali menelan ludah melihat foto Suga bertebaran, setelah konser sebelumnya di negara tetangga.
"Kamu menyesal ga jadi nonton konser Min Yoon Gi?"
"Eh," aku menatap Athan yang masih memasang ekspresi yang sama. "Nggak, kok. Cuma sayang aja melewatkan momen Suga di konser sebelumnya."
Athan berdecak.
"Aku ingin lihat wajah pria kulkas itu kalau tahu pacarnya masih menyukai biasnya. Apa, pria kulkas itu ga cukup tampan sampai kamu masih suka menghalu dengan biasmu?"
"Hei! Aji itu pria paling tampan. Aku masih suka idol Korea, buat hiburan aja. Jangan sirik, deh!"
"Sirik? Kamu ga lihat, wajahku bahkan lebih ganteng dari mereka."
Aku mendesis menolak pernyataan Athan.
"Dengar, kamu harus membayar mahal untuk mengganti liburan aku. Bisa-bisanya aku mau mengantar kamu menemui pacar kamu yang hilang itu."
Kini aku melempar senyum lebar pada Athan. Dia sedang mengulik kebaikannya yang mau mengantar aku menemui Aji. Mana bisa aku mendebat dia sekarang.
"Kamu yakin mau langsung bertemu dia? Kamu ga capek?"
Aku menggeleng yakin. Aku sudah cukup istirahat mengisi perut di bandara. Aku ingin segera bertemu Aji. Mengobati rindu dan mengusir prasangka buruk yang ada di pikiranku.
Perjalanan berangsur hening saat Athan memilih untuk tidur sejenak. Aku masih ingin melihat Suga di ponselku. Kalau boleh bilang, aku sedih karena mimpiku bertemu member BTS, meski bukan paket komplit, harus tertunda.
Segera kuusir sedih itu. Kuganti dengan harapan indah bertemu Aji dan wajah manisnya.
"Maaf kakak ipar, aku batal menyambutmu di Indonesia. Semoga kelak, saat aku sudah selesai dengan urusanku, aku bisa bertemu dengan kalian bertujuh sekaligus." Aku terkekeh menyebut mimpi itu dibarengi wajah Aji yang melintas.
Taksi berhenti tepat di depan gedung bertuliskan PT. MINYAK TENGGARA. Kami sudah sampai. Athan segera mengajakku masuk menemui resepsionis, sedikit bertanya tentang jam kerja dan menyebut nama Aji.
"Pak Prabu masih ada pertemuan di ruangannya. Kalau anda belum membuat janji, anda harus menunggu."
Athan melirik ke arahku. Aku mengangguk yakin mau menunggu.
"Yasudah, kamu tunggu di sini. Aku tunggu di restoran depan."
Mau tidak mau aku harus menunggu. Lima menit, lima belas menit, setengah jam, Aji belum selesai. Bahkan Athan sudah mulai bosan menunggu dan memilih ikut menunggu di loby. Dia sudah malu terlalu lama di restoran sementara makanan dan minumannya sudah habis.
"Besok saja kita kesini lagi. Sudah sore."
"Sebentar lagi, please." Aku memasang wajah mengiba agar Athan mau bersabar.
Aku masih merayu Athan agar mau menunggu, sampai sebuah seruan terdengar memanggil namaku. Suara yang aku rindukan.
Aku menoleh dengan senyum mengembang dan segera berjalan ke arahnya.