Terpaku menatapnya, terdiam mendengar celotehnya.
Ternyata ada rapuh yang bergelayut ketika bersamanya.
Sisi lain dari dirinya yang tidak pernah tersentuh.
Sisi lain yang tidak pernah terjamah oleh yang lainya.
Itulah yang membuatku terbawa ketika bersamanya.
~Nardo Shidqiandra~
🍃��🍃
Bentakan dari Pak Hadi adalah hal terakhir yang ingin Nardo dengar. Rasanya cukup sekali itu dia merasa dipermalukan. Nardo berjanji pada diri sendiri untuk lebih peka pada pekerjaannya.
Permasalahan pendataan bisa diatasi dengan baik. Meski mepet pada batas akhir pengumpulan, tetapi mereka masih bisa lolos dan termasuk tepat waktu. Jika orang lain kesulitan bekerja dalam tekanan, Nardo berbeda, otaknya itu terbiasa diajak kerja keras.
Pejuang deadline, begitu dia menyebut kebiasaan yang sering dilakukannya. Di saat detik terakhir itu, biasanya dia juga menemukan cara-cara unik yang bisa mempercepat pekerjaannya. Lain halnya dengan semboyan Pak Roni “no kepepet, no life” yang begitu mendarah daging.
“Kalau nggak dadakan, bukan dinas namanya. Kalau nggak ngebentak bukan Pak Hadi namanya,” ujar Pak Roni begitu pemilik nama tu berlalu bersama sang rekan kerja, Bu Dara.
“Benar sekali, Pak. Kebiasaannya begitu. Kalau nggak sehari, ya, dua hari itu jeda waktu yang diberikan,” sahut Nardo.
“Pak Nardo sudah biasa kerja seperti ini pasti sudah paham ‘kan? Sudah fasih dan paham dengan yang seperti ini.”
“Sudah terlatih untuk patah hati karena dibentak banyak orang, Pak, mau nggak mau, bisa nggak bisa tetap harus mau dan harus bisa.”
“Dipaksa untuk mau dan bisa,” pungkas Pak Roni yang dihadiahi acungan jempol oleh Nardo.
🍃🍃🍃
Guru itu bisa memiliki banyak mata, banyak telinga, dan juga banyak hati untuk anak didiknya. Namun, tidak untuk memiliki banyak mulut. Sebab akan banyak hati yang sakit jika guru memiliki banyak mulut yang tidak terkendali.
Banyak mata untuk menilai karakter setiap siswa. Percayalah, guru pasti memiliki cara tersendiri untuk mengenali anak didiknya. Beliau akan memasang banyak telinga untuk mencari tahu tentang siswa dan latar belakang siswa yang bermasalah.
Sebelum Bu Hasnah cuti, Nardo diajak berdiskusi tentang anak didiknya di kelas X TSM 1. Beliau menandai beberapa siswa yang sepertinya akan menjadi bibit-bibit pembawa masalah. Beberapa nama sudah dikantongi Nardo.