Padang Pasir lagi!
“CEPAT KEMARIIII!” Suara dari kejauhan, yang sangat tidak asing. Siapa lagi kalau bukan satu-satunya penghuni di tempat ini, lebih baik sekarang kita temui dan sapa saja Dia.
“Lama tak jumpa Pak!”
“Lihat siapa yang sedang mencoba jadi Playboy! AHAHAHAHA!”
“MEMANGNYA INI SEMUA GARA-GARA SIAPA!”
“AHAHAHAHA! Aku kan cuma bilang untuk cari teman saja, salahmu sendiri menyatakan cinta pada 3 gadis sekaligus!”
“Itu murni kecelakaan! Aku tidak ada niat sedikitpun untuk menduai mereka!”
“AHAHAHAHAHAHAHAHA!”
“Dan juga.......”
“AHAHAHAHAHAHA!”
Percuma, menjelaskan hal ini padanya. Sekarang lebih baik biarkan saja, nanti juga capek sendiri.
“Uhuk! Uhuk! Tolong ambilkan Aku air!” Tuh kan!
“Gimana? Udah puas ketawanya?” Sambil menyerahkan gelas berisi air putih padanya.
“Terimakasih banyak!” Dia sudah meminum airnya, sekarang saatnya kita serius. “Sekarang apa rencanamu?”
“Gak tahu. Seberapa keraspun Aku memikirkanya, mempunyai 2 pacar pada waktu bersamaan itu sangat mustahil.”
“Bukanya 3?”
“Nggak, yang satu tidak memberi jawaban sampai sekarang.”
“Tapi Dia datang juga ke rumah kan?”
“Baiklah, sekarang kita anggap saja 3 orang itu pacarku. Lalu apa bedanya? Mendua atau mentigai gadis itu sama-sama perbuatan yang tidak terpuji.”
“Tapi Kamu melakukanya!”
“Diam! Bukanya tadi Aku sudah bilang itu tidak sengaja!”
“AHAHAHA!” Ketawain aja terus! “Saranku, Kamu jangan buru-buru mutusin hubungan gitu aja, karena ini masih terlalu dini.”
“Bukanya lebih cepat lebih baik? Maksudku, sekarang masih belum ada perasaan saling membutuhkan yang tumbuh diantara kami.”
“Dalam hal ini tentunya enggak, karena kalian bukan lagi anak-anak. Seorang gadis menerima kamu menjadi pacarnya, pasti dengan pertimbangan yang matang. Karena Dia akan membuka dirinya, membuka hatinya, dan menerimamu masuk ke dalam kehidupanya untuk saling mengenal lebih jauh. Setidaknya sekarang, biarkan mereka memahami perasaanya masing-masing terhadapmu!” Jadi karena itu Anelis tidak langsung menerimaku saat itu juga. “Ya paling tidak tunggu sampai sebulan lah! Dalam waktu segitu mereka akan bosan sendiri, dan memutuskanmu satu-persatu! AHAHAHAHAHA!”
“Uh! Kalimat terakhirmu, seolah-olah Aku akan menjadi pacar yang buruk!”
“Dan yang paling penting! Jangan pernah sekalipun membuat seorang gadis menangis!” Ya, tentu saja Aku tahu itu.
“Aku mengerti.”
Hm? Mimpi itu lagi. Dan sekarang Aku ada di kursi ruang tamu, hal terakhir yang kuingat adalah kepeleset di dapur. Aduh! Kepalaku terasa sakit sekali, apa karena tadi membentur sesuatu? Ada lap basah di jidatku. Apa Ibu yang melakukanya, atau salah satu dari ketiga gadis tadi? Oh iya, apa yang terjadi pada mereka setelah Aku pingsan? Apa semua baik-baik saja? Apa mereka sudah pulang? Tentusaja karena ini sudah jam 1 pagi.
Lapar sekali! Kalau difikir-fikir, terakhir kali Aku memasukan sesuatu kemulutku itu kemarin pagi, itu juga cuma sepiring bakwan sama beberapa cabe ijo. Dan sebentar lagi waktu akan menemui pagi lagi, ya setidaknya Aku barusaja melakukan latihan persiapan jikalau ada bencana kelaparan melanda dunia.
Bungkus Pizzanya masih ada, oh ternyata masih ada setengahnya. Berarti ini tinggal dipanasin aja nih, rasanya mungkin akan agak beda dari originalnya, tapi itu bukan masalah besar selama semuanya masih layak makan.
Kenapa ada panci disini! Apa Anelis melanjutkan memasak buburnya? Mari kita lihat! Jika isinya enggak aneh, mungkin Aku akan memakan-nya! Isinya terlihat biasa saja, bagaimana dengan rasanya? Hmm, rasanya juga biasa. Tapi justru inilah yang kuharapkan, nggak ada beda aneh seperti terong dan juga coklat didalamnya. Hah! Ada pesan tertulis ditutup pancinya.
“Kak! Ini bubur buatan kita, topingnya ada di kulkas. Kalau sempat, dimakan ya! Cepet sembuh!”
Ini pertamakalinya ada orang yang memasak untuku, selain ibuku dan juga ibu kantin. Ditambah ada pesan-nya juga, jadi begini ini ya rasanya punya pacar. Hehehe.....hehehe pesan-nya manis juga, siapa yang menulisnya? Kayaknya bukan Devia, karena Dia nggak mungkin memanggilku dengan sebutan ‘Kak’. Anelis? Dia tulisanya jelek. Kiana? Aku tak pernah melihat tulisanya. Siapa peduli! Mari kita hangatkan saja dan habiskan semua makanan ini.
‘Ctek!’ kapan terakhir kali Aku mengisi gas kompor ini ya?