Mari kita fikirkan lagi dengan seksama. Jika Aku duduk di sebelah Devia, Anelis akan curiga.
Tapi Aku datang bersama Devia, akan wajar dong kalau Aku duduk disebelah orang yang mengajak-ku?
Tapi kalau dari sudut pandang Anelis sekarang Aku adalah pacarnya, Dia pasti ilfeel jika pacarnya duduk bersama orang lain.
Tapi jika diambil dari sudut pandang Devia Dia pasti akan berfikir seperti itu juga.
Tapi tadi Aku sudah memberitahu Devia supaya merahasiakan hubungan kita, jadi jika Aku duduk disebelah Anelis pasti Dia akan sedikit memakluminya.
Dia pasti akan lfeel juga sih, tapi nanti Aku bisa membuat alasan yang bagus untuk meredam kemarahanya ketika ini berakhir. Ya, Aku akan duduk disamping Anelis saja!
Anelis, “Oh iya! Apa Aku boleh duduk disebelah Kak Via? Aku ada pertanyaan so’al PON nanti!”
Devia, “Oh! Ya udah kalau gitu!”
Ternyata ada opsi seperti itu juga, jadi untuk apa otak-ku capek-capek melakukan simulasi tadi.
Kamipun duduk dengan rapih sekarang.
Anelis, “Ini Kak!” dengan mengarahkan sendok berisi sepotong bakso kecil padaku.
“Hah?” Disaat seperti ini, dia malah mencoba menyuapiku! Tentusaja kejadian ini membuat mata Devia melotot. “Anelis! Tanganku sudah pulih sepenuhnya sekarang!” Aku mencoba mengarahkan pada kejadian 6 bulan yang lalu. Mudah-mudahan Dia tidak bilang kalau kita itu pacaran, dan berspekulasi kalau bagi orang pacaran kegiatan menyuapi makanan itu wajar.
“Oh iya, maaf! Sudah kebiasaan, jadi kalau ada di kantin ini jadi keinget kejadian waktu itu.” Syukurlah!
“Ah iya! Itu kejadian yang sudah lama ya ahaha....ahaha!” Disini Aku harus coba mengembalikan keadaan seperti semula.
“Ngomong-ngomong Ka Via! Ada perubahan gak tentang PON tahun ini?” Bagus Anelis, sekarang Kamu benar-benar bisa diandalkan.
“Enggak banyak sih! Tapi untuk cabang Voly putri, karena kemarin kita dapat juara 3 di penyisihan grup, jadi tahun ini kita gak usah lagi ikut kualifikasi.”
“Gitu ya! Syukur deh, tahun lalu kita hanya berjarak 3 poin dari pemuncak klasemen. Mudah-mudahan tahun ini kita bisa juara dan bisa mewakili propinsi Jawa Barat untuk PON.”
“Berjuang yang keras ya!”
“Iya Kak!”
Dan mereka kini asik mengobrol so’al event PON yang akan datang nanti. Setidaknya dengan begini keadaan jadi bisa dikendalikan. Meski sekarang Aku seperti sebatang pohon yang ada dipinggir jalan, yang tidak dihiraukan sama sekali.
Tapi jika difikir-fikir, semenjak Anelis masuk ke ekskul Voly dua tahun lalu, tim voly sekolah kita menjadi sangat kuat dan diperhitungkan. Aku ingat waktu Aku kelas 1, tim voly kita benar-benar payah, boro-boro nargetin buat ikut PON, turnamen antar kabupaten saja kami benar-benar tidak ada harapan.
Ya sudah, nampaknya ini kesempatan bagus untuk menghubungi Kiana so’al merahasiakan hubungan kita. Tapi apa Aku dan Dia sekarang benar-benar pacaran? Maksudku, Dia waktu itu tidak menjawab pernyata’an suka-ku. Lebih baik sekarang Aku tanyakan saja secara rinci, moga-moga Ia tidak menerimaku dan beban-ku berkurang jadi menduakan Devia dan Anelis saja.
--10:12 Kiana --
--10:12 Iya Kak --
Seperti biasa, Ia cepat menjawab.
--10:12 Kakak mau tanya so’al kepastian jawaban dari Kamu, waktu DM Kakak 4 hari yang lalu --
--10:13 Aku sih gak papa, pacaran sama Kakak. Tapi jangan beritahu siapapun so’al hubungan kita, kalo enggak kita putus!” --
Ternyata Dia menerimaku, bebanku tidak jadi berkurang kalau begini. Tapi setidaknya sekarang Aku tidak perlu menyuruhnya merahasiakan hubungan ini,
-- 10:13 OK! --
-- 10:13 Kenapa cuma OK? --
-- 10:13 Memangnya Kakak harus ngapain? --
-- 10:14 Setidaknya tanya Aku udah makan atau belum. --
Ya ampun,
-- 10:14 Maaf, Kamu udah makan? Kalau belum, makan dulu jaga kesehatan! Apa perlu Kakak beliin roti? Kakak lagi ada di kantin sekarang. --
-- 10:14 Aku tahu, Aku lagi lihatin Kakak dari koridor arah jam 3! --
APA? Arah jam 3? Benar saja! Ya gusti, hidupku akan jadi rumit mulai sekarang! Dia menyeramkan sekali, Dia seperti membawa bekingan malaikat maut dibelakangnya, lengkap dengan sabit kematianya.
-- Ada yang mau Kakak jelasin? --
Dia langsung mengirim malaikat mautnya kemari, sekarang sabitnya tepat ada dileherku.
-- 10:15 Kami cuma makan siang kok! Kamu tahu kan kalau Kakak sama Anelis itu temenan. Kalau Devia tadi diajak sama Anelis, karena Ia mau diskusi so’al PON nanti. Kamu lihat sendiri kan, mereka sedang mengobrol. --
-- 10:16 Kalau mau makan siang, kenapa enggak ngajak Aku? --