“Gimana baju papi Aku Kak?” Kiana juga sudah berganti baju, dengan piyama yang berjenis sama, yang akan tembus pandang juga ketika basah.
“Kayaknya ini kebesaran deh!”
Tapi kuakui ini kaos yang keren, tulisanya juga Metallica. Dan dari pengamatanku kayaknya ini asli, soalnya sangat nyaman saat dipakai.
“Masa? Tinggi papi Aku sama lho, kayak tinggi Kakak.”
“Maksudnya ini terlalu lebar. Lihat! Tanganya aja sampai gombrang begini!” Ya namanya juga baju Bapak-bapak, sebelum memakainya Aku membayangkan pasti akan longgar dibagian perut.
“Itumah Kakak aja yang terlalu kurus. Papi Aku itu tanganya gede, karena sering olahraga, nge-gym, juga Dia itu vegetarian Kak! Kayaknya Kakak harus olahraga juga deh! Biar badan-nya keren kayak Papi Aku.” Oh, jadi Papa Kamu gak gendut! Maaf deh, sudah suudzon.
“Lihat siapa yang bicara! Padahal Aku dan Kamu itu punya gaya hidup yang sama tahu!”
“Aku kan cewe! Gak perlu badan kekar. Aku kan tugasnya untuk dilindungi!”
“Ini bukan masalah gender! Hidup sehat itu berlaku bagi siapa aja.”
“Ya udah deh Kak! Lebih baik kita jangan bahas sesuatu, yang sama-sama tidak ingin kita lakukan deh kayaknya!” Itu benar,
“Kamu benar. Tapi diantara Aku sama Papi Kamu, siapa yang lebih ganteng?”
“Ya Papi Akulah! Jauh! Kakak mah gak ada apa-apanya!”
“Ya itu karena Kamu anaknya. Yang pasti, setiap anak perempuan itu cinta pertamanya pasti ayahnya sendiri.”
“Aku enggak Kok!”
“Lalu siapa?”
“Ya Rahasia Dong!”
“Palingan juga temen TK Kamu ya kan?”
Dia lalu memukuli Aku dengan manja, “IH! Masa masih TK udah main cinta-cintaan!”
“Ahahaha! Ya kali aja ya kan?”
Tunggu! Kayaknya Aku melupakan sesuatu yang penting. Oh iya, harusnya Aku bertanya tentang Leviathan, sama alasan kenapa Dia bisa menerimaku sebagai pacarnya juga. kenapa Aku malah bersenang-senang sekarang?
“Kiana! Kakak mau bicara sesuatu.”
“Bicara apa Kak?”
Tapi kayaknya jangan disini deh! Ini masih ada didalam kamarnya Kiana. Setelah mandi, Aku mengganti baju di kamar ini, dan tentunya ketika Aku ganti baju Kiana menunggu diluar.
Lebih baik kita pergi dari sini! Aku hanya berjaga-jaga saja, siapa tahu suasana berubah menjadi romantis, dan isi otak Kami berubah menjadi random sehingga tidak bisa mengendalikan situasi dan perbuatan Kami. Itu saja!
“Tapi sebaiknya Kita pindah dulu ke ruangan sebelah! Lalu kita bicara dengan santai, sambil duduk di sofa yang kelihatan nyaman itu. Jangan lupa beri Aku air, karena dari sehabis makan tadi Aku belum meminum apapun! Tenggorokanku rasanya seret sekali sekarang! Dan sebaiknya kita minum air yang biasa saja, untuk mencegah Kita dari perbuatan bercanda seperti tadi! Kamu mengerti instruksi ini?”
“ROJER!”
“Bagus! Sekarang mari lakukan misi ini bersama-sama!”
Setidaknya saat bersama, Dia jadi gadis yang penurut.
Ini sudah jam 5. Aku sudah diberi makan, sekarang juga sudah diberi minum, tapi kayaknya pakaian ini harus Aku kembalikan, meski Aku sebetulnya sangat ingin memilikinya. Sebaiknya Aku persingkat pembicaraan ini, supaya Aku bisa pulang jam 6. Dan nampaknya ini akan mudah, karena ketika pulang Aku tidak perlu pamit pada orang tuanya Kiana.
“Kakak ingin tanya so’al Leviathan, apa Kamu kenal dengan nama itu?”
Wajahnya menunjukan tanda-tanda kaget,