RUSH ROMANCE

Herlan Herdiana
Chapter #15

Tangan Yang Kekar

“Saat itu ada pertandingan persahabatan, atau lebih tepatnya latihan tanding di sekolah kita. Aku masih kelas 1, baru aja tiga bulan masuk sekolah dan satu bulan ada di ekskul voly. Saat itu cuma ada 3 orang senior di ekskul voly, dan 6 orang anak kelas 1 yang baru masuk. Sementara lawan yang datang ke sekolah kita jumlah pemainya ada 18 orang, jika dihitung-hitung jumlah kita itu cuma setengahnya dari mereka.”

Anelis sedang menceritakan awal mula kenapa Ia bisa menyukai Aku. Tapi kenapa flashback-nya dimulai dari situ? Apa itu enggak kejauhan?

“Dulu ekskul voly cewek kita tidak se-serius sekarang. Kita hanya main voly aja sebagai hoby, bahkan waktu itu kita gak punya pembina, apalagi pelatih. Jadi kalau ada kejuara’an atau apa-apa kita gak pernah pasang target yang muluk, kalau menang syukur, kalah juga gak papa.”

Sampai sini Aku belum menemukan korelasi atau hubungan, antara ceritamu dan juga Aku. Tapi kayaknya ini baru permulaan, jadi Aku akan sabar mendengarkan sekarang.

“Karena ini pertandingan persahabatan resmi, jadi sekolah mengirimkan pembina dadakan untuk mengurus komunikasi dan juga konsumsi. Ditunjuklah Pak Syamsir, guru olahraga kelas 2 yang jadwalnya sedang kosong. Dan Pak Syamsir tidak sendiri, Dia juga mengajak Kakak untuk menjadi asisten-nya. Saat itulah pertamakalinya Aku dipertemukan dengan Kakak.”

Sebentar, Aku ingat kejadian ini! Tapi waktu itu Aku belum mengenal Anelis, Aku juga tidak tahu kalau Anelis adalah salah satu dari siswa yang ikut pertandingan itu.

Dan sebenarnya, saat itu bukanlah kemauanku sendiri untuk menjadi asisten-nya Pak Syamsir. Aku ada disana karena terpaksa. Jadi sebaiknya Aku ceritakan saja kejadian awal mulanya Aku bisa berada disana, dari sudut pandangku.

Hari itu jam pulang sekolah, yang berdentang seperti biasanya layaknya hari kemarin. Dan Aku akan pulang cepat seperti biasanya juga, karena itu adalah hari Kamis yang notabene tidak ada kegiatan ekskul E-sport. Jadi Aku berjalan dengan riang gembira di lorong, untuk menuju gerbang keluar sekolah.

Lalu Pak Syamsir keluar dari ruang guru,

“Kamu!” Yang bersangkutan menunjuk ke arahku.

“Saya Pak?” Aku mencoba meyakinkan kalau yang sedang Ia panggil adalah Aku, karena disana banyak siswa lain. Baik yang sedang nongkrong, atau akan ikut pulang juga.

“Iya Kamu! Siapa lagi?”

“Disini kan bukan cuma ada.....” KEMANA PERGINYA SEMUA ORANG? Aku melihat ke sekeliling dan juga kebelakang, tidak ada siapapun selain Aku disini. Bagaimana bisa mereka mengosongkan tempat ini dengan sekejap mata?

“Kamu ikut bantu saya! Kamu lagi enggak ngapa-ngapain kan?”

“Iya Pak, tapi....”

“Tunggu! Kamu Hasswel dari kelas 11 F kan?”

“Bapak tahu nama saya?”

“Tentu saja, Bapak tahu siapa saja yang masuk daftar remidial di pelajaran Bapak.”

Uh! Yang bersangkutan membawa-bawa urusan nilai sekarang.

“Iya Pak! Saya memang tidak berbakat dalam urusan menggerak-kan badan!”

“Kalau begitu Kamu ikut Saya sekarang! Ada sekolah lain yang ingin bertanding dengan tim Voly putri kita, jadi Saya butuh asisten buat bawa konsumsi ke lapangan. Selain itu, mungkin Bapak bisa melakukan sesuatu dengan nilai remidial Kamu! Gimana?”

Aku-pun setuju dengan kesepakatan yang sedikit berbau kolusi ini. Jadi Aku bisa ada diwaktu dan tempat yang sama dengan Anelis saat itu. Meski Aku hanya bertindak sebagai penunggu konsumsi saja, yang duduk di pinggir lapangan tanpa melakukan hal berguna lainya.

Cerita selanjutnya akan dilanjutkan kembali oleh Anelis. Dan seperti biasa, Aku akan melakukan klarifikasi jika ada tambahan atau ada yang harus Aku luruskan.

Anelis, “Bisa ditebak, di pertandingan pertama Kami kalah telak. Karena lawan-nya juga pemain lapis pertama dari tim mereka. Aku ingat sekali skor-nya waktu itu digame pertama 25-15, game kedua 25-10. Mau bagaimana lagi, kita bertanding dengan skuad seadanya waktu itu. Selain itu kita juga baru dipertemukan satu bulan saja di ekskul Voly, jadi Kami belum mengenal gaya bermain masing-masing.”

Anelis menceritakan hal itu padaku, padahal waktu itu Aku ada disana juga, mungkin Dia tahu Aku tidak peduli dan tidak memperhatikan pertandingan itu. Dia memang benar sih, Aku sama sekali tidak peduli dengan pertandinganya. Aku hanya ingin semuanya cepat selesai, supaya Aku bisa lekas pulang juga.

“Di pertandingan pertama Aku bermain Full 2 game, karena Aku sudah terbiasa bermain juga semasa di SMP. Dan karena Kita sangat kekurangan orang, Aku bermain lagi di pertandingan kedua. Melawan pemain lapis kedua di tim mereka.”

Oh jadi begitu, pantas saja waktu itu Aku melihat Anelis selalu bermain dan tidak pernah digantikan.

“Diluar dugaan Kami bisa menang digame pertama, ya walau dengan susah payah sih. Skornya waktu itu 25-17. Dan digame kedua mereka semua diganti, ternyata yang melawan Kami digame pertama itu adalah pemain lapis ketiga. Aku tahu itu saat pengganti mereka memberikan perlawanan lebih berat di game kedua. Mereka bisa menahan Kami di skor 24-24.”

Dan setelah ini Aku melakukan hal bodoh,

“Disaat itu, tiba-tiba Kakak dari pinggir lapangan teriak ‘TIME OUT!’ pada wasit, untuk meminta waktu break. Kakak lalu memanggil Kita semua ke pinggir lapangan, dan mengumpulkan Kami di depan Kakak. Kufikir ada apa tiba-tiba Kakak melakukan itu? Padahal daritadi Kakak hanya diam saja, sedang kepanasan di pinggir lapangan seperti orang dehidrasi.”

Dan inilah saat yang tepat bagiku untuk melakukan klarifikasi,

Sebelum Aku meneriakan ‘TIME OUT’. Ketika Aku duduk di pinggir lapangan bersama Pak Syamsir (yang sedang mengipasi dirinya dengan robekan kardus bekas air mineral yang Aku bawa), memang benar saat itu Aku sedang mengalami dehidrasi berat sekaligus lapar juga. Lalu wasit tiba-tiba meneriakan kata ‘JUS’ yang notabene adalah kosakata baru yang keluar dari mulut wasit di pertandingan itu.

Aku pun bertanya pada Pak Syamsir, karena dalam fikiranku kata ‘JUS’ itu adalah sejenis buah-buahan, yang telah melalui proses diblender dan ditambahi dengan es batu. Yang ketika itu, sangat cocok menghilangkan dahaga semua orang yang terlibat di lapangan.

“Pak! Apa yang dimaksud dengan ‘JUS’ yang diucapkan wasit barusan?”

Lihat selengkapnya