Hari Kamis. Setelah ditiga hari sebelumnya, Aku secara sadar dan tanpa tekanan pihak manapun, memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Seperti yang Aku bilang di chapter kemarin, luka yang kudapat sekarang ini, akan menjadi alasan buatku untuk tidak masuk sekolah. Rencana awalnya sih cuma 3 hari, tapi pagi ini Aku sangat malas sekali ketika dibangunkan oleh ibuku. Jadinya Aku tidak masuk sekolah lagi hari ini, dan berubah fikiran untuk masuk sekolah besok.
Karena kepalang tanggung, sekalian saja Aku tidak masuk sekolah selama seminggu.
Alasan yang kuberikan ke sekolah adalah jatuh dari motor. Karena tak mungkin Aku ceritakan kejadian sebenarnya pada khalayak umum, karena nanti hubunganku dengan Anelis akan ikutan terbongkar juga.
Kalau so’al masalah mereka yang memukuliku waktu itu, Aku tidak akan memperpanjangnya untuk dibawa keranah hukum. Anggap saja sebagai hukuman, karena Aku telah berdosa pada Anelis.
Sebetulnya Aku hanya beristirahat penuh selama hari senin, dan di hari selasa Aku sudah berada di depan komputer menjalankan kewajibanku sebagai pebisnis muda.
Dan setelah tahu Aku jatuh dari motor (Walau hanya pura-pura) , semua pacarku selain Anelis menjadi khawatir.
Devia datang menjenguk dihari senin, bersama wali kelas dan dua teman sekelasku yang lain. Tapi Kita masih tidak berbicara apapun disana, Dia mungkin masih marah dengan pertemuanku bersama Anelis di kolam renang. Dan setelah pulang dari menjenguk-pun, Dia masih tidak membalas semua pesanku.
Tapi Aku tidak begitu khawatir. Karena dihari kemarin dan selasa, Anelis dan Kiana bergantian mengurusi diriku. Kiana kebagian jam pulang sekolah sampai jam 3, sementara Anelis giliran jam 3 sampai jam 5 sore, setelah Ia selesai latihan ekskul voly.
Kali ini, pertemuan tidak sengaja mereka di rumahku bisa dicegah dengan bantuan Anelis, yang bekerja sama penuh denganku untuk menjaga hubungan ini tetap terjaga. Sesuai kesepakatan konyol Kita dihari minggu, Dia akan ikut menjadi bagian dari hubungan ini, sebelum Aku bisa memutuskan siapa yang akan kupilih nanti.
Yang nampaknya akan sangat lama, karena sekarang Aku tidak punya gambaran sama sekali.
Sialnya, hari ini tidak ada satupun dari mereka yang bisa datang kerumahku. Anelis akan latihan sampai sore, Kiana ada kegiatan di ekskul E-sport, dan Devia masih tidak membalas semua pesanku.
Hidupku serasa hampa sekarang.
Setelah 2 hari Aku dimanjakan oleh 2 orang gadis, sekarang Aku harus kembali lagi pada kehidupanku yang dulu. Padahal 2 hari kemarin itu, hampir semua kebutuhanku bisa dipenuhi oleh mereka. Dari disuapi ketika makan, dipijat, kamar tidurku dibersihkan, sampai pada kejadian-kejadian yang tidak bisa Aku ceritakan disini.
Dengan catatan, semuanya masih ada dalam batas normal norma bermasyarakat.
Karena terbiasa dengan kemewahan itu, sekarang Aku merasa gabut, main game juga lagi gak mood. Apa Aku membersihkan rumah saja? Enggak ah! Nanti capek.
Kalau saja Kamarku tidak dibersihkan, mungkin Aku akan membereskan kamarku sekarang. Dua gadis itu begitu rajin saat ada disini, mereka hampir melakukan semuanya kecuali mencuci pakaian kotorku. Ya, Aku juga yang melarangnya sih. Karena Aku tak mau mereka melihat celana dalamku, celana dalamku hanya boleh dicuci oleh istriku saat menikah nanti.
Tapi apa salah satu diantara mereka adalah jodohku?
Aku belum memikirkanya sejauh itu.
Untuk saat ini, kayaknya mengantarkan cucian ini ke Laundry merupakan ide yang bagus. Sekalian Aku jalan-jalan menggerak-kan tubuhku, dan juga menyinarinya dengan cahaya matahari. Karena selama 3 hari ini Aku enggak ngapa-ngapain, dan juga tidak keluar rumah.
Laundry yang terdekat dari sini berjarak kurang lebih 500 meter. Sepertinya Aku tak perlu menggunakan motor untuk kesana, karena itu akan mengkhianati niat utamaku sebelumnya untuk jalan-jalan. Yang secara harfiah benar-benar jalan kaki, bukan jalan-jalan mencari hiburan.
“Permisi!” Sambil mendorong pintu geser dengan tangan kanan-ku.
“Silahkan!” Suara wanita yang terdengar masih muda menyaut dari dalam.
“DEVIA?”
“HASSWEL?”
OK, adegan itu memang sedikit berbau sinetron. Tapi Aku tidak menduga akan bertemu dengan-nya disini, memakai seragam karyawan pula!
Devia, “Kamu udah sembuh?”
“Iya, udah agak baikan sekarang. Kamu kerja sambilan disini?”
“Bisa dibilang begitu sih! Tapi Laundry ini tempat usaha keluargaku.”
“Oh! Ibu Aminah yang biasa jaga disini kemana?” Sambil meletak-kan kresek berisi cucian diatas meja.
“Itu ibuku!”
“Oh!”
“Dia lagi sakit, lagi dirawat inap dirumah sakit. Jadi Aku gantiin Dia dulu buat sementara!”
Jadi Laundry langganan-ku adalah tempat usaha keluarga Devia. Aku tak menyangka selama ini Dia dan Aku begitu terhubung, meski secara tidak langsung. Dan apa yang baru saja Dia katakan, membuat Aku jadi merasa bersalah karena selama ini hanya bersenang-senang dengan gadis lain. Sementara Dia bekerja untuk menggantikan ibunya yang sakit.
“Ibu Kamu udah lama di rumah sakit?”
“Rawat inap di rumah sakit itu, baru dari hari selasa. Kalau sakit-nya dari sekitar 2 minggu yang lalu.”
Berarti itu hampir sama dengan kejadian, saat Dia memergoki Aku bersama Anelis.
“Kenapa Kamu gak cerita masalah ini sama Aku?”