RUSH ROMANCE

Herlan Herdiana
Chapter #19

Body Guard

Aku bingung!

Tapi dari awal Aku memang sudah linglung sih.

Maksudku, setelah mereka mengutarakan semuanya padaku, Aku jadi makin bingung. Jadi sebenarnya untuk apa Aku mencari tahu alasan mereka mau menerimaku? Sementara sekarang, Aku malah semakin tidak bisa memilih salah satu dari mereka.

Ini bukan bermaksud membandingkan, tapi sekarang kedudukan mereka semua itu sama dan setara dimataku. Devia itu dewasa, bicara dengan Anelis menyenangkan, dan Kiana punya hoby yang sama denganku. Mereka punya cara masing-masing yang bisa membuat Aku nyaman.

Aku tak mungkin memacari mereka secara bersama’an. Selama ini Aku bisa selamat sampai sekarang, karena keberuntunganku saja. Dan Aku tak bisa terus mengandalkan keberuntungan, karena suatu sa’at pasti ini akan menemukan sialnya. Aku percaya itu tinggal menunggu waktu saja.

Selain itu Aku tak mau, dan tak akan punya kemampuan melakukan-nya juga. Karena menjadi Playboy bukanlah jalan ninjaku.

Punya lebih dari satu pacar itu, sebenarnya sangat menyia-nyiakan waktu. Aku harus terus mengabari mereka, meluangkan waktu untuk menelepon mereka ketika malam, dan Jalan dengan mereka ketika hari libur. Aku yang sebelumnya kurang tidur ini, sekarang semakin tidak bisa tidur, karena memikirkan arah hubungan ini setiap malam.

Pendapatanku dari internet juga menurun drastis, sekitar 60%.

Itu sebenarnya masih terhitung banyak jika dibandingkan dengan UMR Bandung, tapi jika kita banyak meng-cancel job, atau banyak menolak barang karena kehabisan stok, suatu sa’at usahaku pasti akan bangkrut.

Tapi apa yang sebenarnya kucari dari hubungan ini?

Selama ini Aku merasa tidak bahagia menjalani semuanya. Aku juga selalu merasa was-was setiap sa’at, takut hubungan ini terbongkar pada khalayak.

Apa sebenarnya jika terbongkar juga gak papa? Waktu itu Anelis juga tidak marah, Dia hanya mengucapkan perpisahan saja, yang Dia ralat sendiri karena Aku sudah mengorbankan diri dipukul oleh penguntitnya.

Apa karena Aku takut menyakiti mereka? Ya, itu nampaknya benar.

Aku telah tanpa sadar menyeret mereka pada situasi ini, akan sangat jahat jika Aku mengambil ke’untungan dari hubungan tidak sengaja ini. Dengan semua kisah mereka yang telah terungkap, sekarang Aku tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja.

Apa Aku harus melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka benci padaku? Nampaknya itu bukan ide yang buruk. Aku akan melakukan sebuah kebiasa’an atau dalam pandangan mereka, se’olah-olah Aku menunjukan sifat diriku yang sebenarnya, lalu mereka ilfeel dan tidak tahan, lalu membenciku, dan terus memutuskan hubungan ini.

Tapi sebaiknya jangan lakukan rencana ini sekaligus, pada mereka secara berbarengan di sa’at yang sama. Takutnya mereka semua mempunyai fikiran yang sama, lalu minta putus secara barengan juga.  Lalu pada akhirnya Aku kembali pada diriku yang dulu, yaitu se’orang penyendiri. Dan semua hal yang telah Aku korbankan selama ini jadi sia-sia, alias mubazir.

Ya, itu adalah rencana terbaik yang bisa Aku lakukan sa’at ini.

Ngomong-ngomong Ini jam berapa ya?

Oh! Sudah jam 8 malam ternyata, pantas saja Aku sudah lapar sekali. memang benar yang dikatakan orang-orang, kalau Kita lagi galau itu bawa’anya selalu ingin makan terus. Dan sa’at ini Aku bukan hanya galau, Aku juga sedang depresi berat.

Tapi itu hanya ikut-ikutan tren aja sih, berhubung beberapa bulan yang lalu sedang tenar-tenarnya film joker diseluruh dunia.

Sebenarnya Aku masih bisa menjaga kewarasanku dengan bermain game semalaman, tapi Aku tidak bisa menjaga rasa kantuk ketika sa’at pagi dan siangnya. Mungkin sebenarnya Aku bukan sedang depresi, tapi dunia dan kehidupanku saja yang pengaturan waktunya terbalik. Dan Aku tidak bisa hidup ber-adaptasi di dunia normal, dimana kebanyakan orang melek dan beraktifitas di siang hari.

Ya, Aku memang masih kerabat jauhnya Batman.

Pesan makanan online ah!

Makan sushi kayaknya enak! Pesan satu porsi saja!

Apa Aku harus memesan untuk ibu juga? Kayaknya iya. Nanti kalau Dia enggak mau, Aku bisa menyimpan-nya untuk persedia’an buat jaga-jaga kalau lapar jam 1 pagi.

Dua porsi Sushi, OK! Dan tinggal menunggu!

Hujan! Bagaimana dengan nasib makananku? Gak bisa dicancel lagi!

Maksudku, bagaimana dengan nasib drivernya, apa Dia bawa jas hujan atau enggak? Gitu, Aku bukan bermaksud jadi orang yang gak bermoral, yang hanya mementingkan makanan dibanding keselamatan pengemudi ojolnya.

“TING TONG!” Belu pintu berbunyi?

Yang pastinya bukan pengemudi ojol, karena Dia barusaja berangkat dari restoran berjarak 20 menit. Sebaiknya Aku cek saja, takutnya penting.

“KIANA? NGAPAIN KAMU HUJAN-HUJANAN KERUMAHKU?”

Dia berdiri dengan kuyup, basah oleh air hujan yang menyatu dengan air matanya. Meski air hujan bisa menyamarkan air mata dan air kencing, Aku tahu Dia sedang menangis dari matanya yang merah, dan hidungnya yang sesekali mengisak ingusnya sendiri.

Tapi Dia tidak habis kencing.

Ya kali se’orang gadis kencing sambil hujan-hujanan, itumah cuma kelakuan-ku saja sa’at ada di kolam renang umum. Tapi Aku gak tahu juga sih, bisa aja Dia kebelet sa’at di jalan. Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, dari sebuah persepsi yang samar. Tapi sebaiknya jangan pernah tanyakan padanya secara langsung, jika Aku tidak ingin kena masalah lanjutan.

“Ya udah Kamu masuk aja dulu!”

Gak baik membiarkan gadis berumur 15 tahun kedinginan. Tapi apa menyuruhnya masuk itu lebih parah secara moral? So’alnya Aku cuma pacarnya saja sekarang, ini malam senin lagi! Bodo amat! Kita fikirkan itu lain kali.

Ibu, “Hasbi! Apa yang telah Kamu lakukan, sehingga membuat gadis ini menangis?” setelah beliau memberi Kiana handuk, dan Aku memberinya pakaian olahragaku.

“Aku tidak tahu, ini semua tidak ada hubunganya denganku. Dan namaku itu Hasswel, bukan Hasbi!”

Ibu menghampiri Kiana, duduk disebelahnya, sambil memegang pundaknya sebagai cara mencari informasi intim, secara psikologis seperti antara ibu dan anak.

“Kiana! Kamu bisa cerita sama Ibu, apa yang sudah anak Ibu lakukan sama Kamu?” Kalau sama orang lain saja, langsung ingat nama walau baru satu kali ketemu. Aku anaknya sendiri, selalu salah sebut nama.

“Kalau Kiana menangis gara-gara Aku, gak mungkin sekarang Dia ada disini dong!”

Kiana hanya menggeleng,

Ibu memandangi Kiana denga seksama,

Ibu, “Ini tidak ada pilihan lain. Hasswel! Kamu harus tanggung jawab! Secepatnya nikahi Dia sebelum kandungan-nya membesar!”

Lihat selengkapnya