Rusuk Berbisik

yustine
Chapter #1

Chapter #1

Nina menginjak pedal rem sehalus mungkin, kemudian membelokkan mobilnya ke gerbang perumahan disebelah kanan jalan.

Di pos satpam Nina berhenti dan membuka kaca jendela mobil. Kepalanya dicondongkan keluar sedikit.

"Malam,Bu," petugas jaga yang tengah berada di pos satpam menyapanya duluan.

"Rumah Ibu Karen hmmm, Bapak Widi, Blok A, ke arah mana ya?"

"Oh, Bapak Widi ya? Lurus saja, nanti di sebelah kanan."

Nina mengangguk.

"Terimakasih, Pak!"

"Ya, silakan Ibu."

Sebelum melajukan mobilnya lagi, mata Nina disempatkan menyapu rumah-rumah yang bisa ditangkap oleh matanya.

Waw, perumahan kelas elit. Bedanya jauh sekali dengan perumahan yang ditinggalinya.

Ya iyalah, suami Karen pejabat tinggi di salah satu bank swasta terkemuka.

Sedari awal, ketika Karen mengumumkan bahwa pesta perpisahannya akan diadakan dirumah, dari gaya bicaranya yang bertaburan genderang ketika dia menyebutkan alamat rumahnya, Nina sudah bisa menerka bahwa Karen juga ingin seluruh orang kantor tahu bahwa dia sekarang tinggal di perumahan kelas satu di kota ini.

Ah, berunntungnya Karen.

Nina melangkah masuk kesebuah rumah dengan taman depan yang luasnya tiga kali luas rumahnya.

Sayup-sayup musik terdengar dari dalam rumah. Nina terus masuk, ruang tamunya tak kalah luas dengan taman di depan tadi, dengan meja kursi dan mebel yang super mewah dan besar. Bunga-bunga segar ditata cantik sedemikian rupa, disandingkan dengan balon warna warni membentuk hati. Dua tiga orang terlihat mengambil gambar di depan balon itu.

Nina berhenti untuk sekedar mengagumi penataan ruang tamu ini. Matanya menyelidik. Dari kanan ke kiri, atas ke bawah. Kemudian bergeser ke kanan lagi....

"Nina!" si empunya rumah dengan nada riang gembira mendekat dengan membentangkan kedua tangannya. "Selamat datang dirumahku."

Nina terlonjak kecil. Tak menyangka Karen akan secepat ini menemukan dirinya. Sejurus kemudian Nina bergerak ke arah Karen dan menyambut pelukan Karen.

Mereka saling menempelkan pipi kiri, kemudian disusul dengan menempelkan pipi kanan.

"Wow," Nina menggenggam tangan Karen.

"Wow?"

"Iya, wow," Nina tertawa kecil. "Rumahmu keren. Super."

Karen berderai. Kelihatan sekali dia suka dengan sanjungan yang diberikan Nina.

"Teman-teman kantor kebanyakan tadi sudah datang. Mereka datang sore, berombongan," Karen memberikan info.

Lihat selengkapnya