Sekira jam sepuluh malam, Nina mencapai rumahnya.
Lampu ruang tamu telah padam, tetapi tirainya masih terbuka. Nina dapat melihat sosok suaminya tampak terkulai di sofa seorang diri.
Nina turun dan menutup pintu mobil.
Saat dia berbalik badan, Gege, suaminya, ternyata sudah berdiri di ambang pintu. Matanya memerah, tanda jika dia sudah lama menahan kantuk.
"Pev sudah bobok?" Nina melontarkan pertanyaan basa basi. Pevita, balita 3 tahun itu, anak kesayangan mereka, mana mungkin belum tidur semalam ini. Lagipula jika Pevita masih melek dia pasti ada di sekeliling ayahnya.
"Sudah dari tadi," jawab Gege pendek, mencoba sekuat mungkin tersenyum di antara gelombang kantuk yang menerpanya.
"Oh," Nina ikut tersenyum kecil. Didekatinya Gege, kemudian tangan kirinya memegang tangan Gege, badannya dibungkukkan sedikit. Lalu tangan yang kanan dipakainya untuk melepas kedua sepatunya, untuk selanjutnya diletakkan di rak yang memang sengaja disediakan di dekat pintu.
Nina masuk, melewati Gege. Langsung menuju ruang makan. Kemudian dia duduk disalah satu kursi. Menghempaskan tas kerjanya begitu saja.
Gege menyusul di belakangnya, setelah memastikan pagar depan sudah dalam keadaan terkunci.
"Gimana pestanya?" Gege mengambil duduk di sebelah istrinya.
"Yah gitu deh, layaknya pesta orang kaya."
"Pasti Karen bangga ya bisa pamer ke semua orang begitu?"
Nina hanya mengedikkan bahu.
Gege menarik sudut bibirnya, langsung mengerti suasana hati Nina sedang tidak bagus.
Lima tahun pernikahan dengannya, Gege sudah lumayan paham tanda-tanda Nina sedang tidak ingin di tanya-tanya. Tapi sayangnya dia sama sekali belum tahu apa yang harus dilakukannya supaya suasana hati Nina lekas membaik.
Biasanya Gege membiarkan saja Nina sendirian untuk sementara. Nanti juga membaik sendiri.
Nina jenis perempuan mandiri dan dewasa. Jarang sekali dia ngambek yang tidak jelas. Nina selalu terbuka tentang apa yang dia tidak suka dan apa yang dia mau.
Kruyyyuuukkk....
Tiba-tiba perut Nina berbunyi.
Dalam suasana yang sedang betul-betul sepi seperti sekarang, makin membuat suara itu terdengar sangat nyaring.
Nina menyeringai saat beradu dengan tatap mata Gege.
"Kamu belum makan?"
"Sudah," jawab Nina bohong. "Mungkin lapar lagi."
"Kubuatkan mie ya?" Gege menawarkan bantuan.
Nina menggeleng.
"Aku mau langsung tidur aja, capek sekali," Nina berdiri dari duduknya. "Aku mandi dulu ya!"
Gege mengangguk.