Ruwatan Misteri

Nurul Adiyanti
Chapter #19

Percobaan Pembersihan yang Gagal

Paginya, mereka berkumpul di apartemen Ashana dan duduk di sofa ruang tamu untuk membahas semuanya tentang masalah hantu itu.

"Sama," ulang Ayuni, suaranya serak dan putus asa dari seberang.

"Rajah di dahi perempuan itu... sama persis dengan yang di kamarmu dan tanganmu waktu itu, Shana,"

"Gue nggak ngerti lagi," desis Gea, wajahnya yang biasanya tenang kini kusut oleh kepanikan.

"Jadi, hantu ini bukan cuma hantu biasa? Dia terikat dengan simbol itu? Terus hubungannya sama kamu apa, Shana?"

"Kembaran," jawab Ashana pelan, matanya menatap kosong ke dinding kamarnya. Di baliknya, di dalam bingkai lukisan, ia tahu simbol terkutuk itu berada.

"Perempuan di legenda itu, di foto nenekku, di sketsa itu... semuanya mirip aku."

Hilda, yang duduk di sofa di sebelah Ashana, meremas bantal dengan erat.

"Ini udah kayak lingkaran setan," isaknya.

"Kita semua kejebak di dalamnya,"

"Kita nggak bisa diem aja," kata Gea tegas, mencoba mengumpulkan sisa-sisa logika di kepalanya.

"Mbah Wiryo nggak bisa bantu tanpa sisa ruwatan. Dukun itu palsu, polisi nggak akan percaya, kita cuma punya diri kita sendiri,"

"Terus mau apa, Ge?" tanya Ashana, suaranya terdengar lelah.

"Lawan? Gimana caranya? Mita coba ngelawan, dan lihat apa yang terjadi sama dia," Keheningan yang berat menyelimuti mereka, hanya diisi oleh suara napas yang tegang.

"Pembersihan," kata Hilda tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik. Semua mata tertuju padanya.

"Maksudmu?" tanya Gea.

"Pembersihan ruangan," lanjut Hilda, matanya menatap Ashana dengan sorot yang aneh, campuran antara takut dan harapan.

"Aku pernah baca di internet kalau ada energi negatif di rumah, kita bisa coba usir pakai... pakai garam dan doa,"

"Garam?" ulang Gea sinis.

"Hil, kita lagi ngomongin arwah pembunuh yang bisa mencekik orang dari cermin, dan lo nawarin solusi pake bumbu dapur?"

"Kita harus coba sesuatu!" balas Hilda, suaranya sedikit meninggi.

Lihat selengkapnya