Kalau bukan karena dirinya tidak akan mungkin ada takdir seperti ini sudah direncanakan sebelumnya
***
"Ju, aku kangen."
Setelah mengenang masa lalu di tempat ini, hingga secara tidak terduga ponsel telepon dan itu dari kekasihnya—Cyan. Sontak saja Arthur mengubah panggilan telepon itu menjadi video call.
"Hallo sayang, ada apa?"
"Hallo Arthur!"
Ada yang berbeda ketika Arthur mencoba video call Cyan, ternyata sosok yang mengangkat ponsel itu bukan kekasihnya itu tapi orang lain.
"Lo siapa? Mana Cyan?" tanya Arthur.
"Kalo lo mau ketemu sama Cyan, datang segera ke rumah."
"Rumah? Rumah siapa?"
"Rumah lo. Dan lo akan tahu jawabannya."
Sambungan video call itu terputus. Namun Arthur tidak percaya begitu saja, ia mencoba menghubunginya lagi. Akan tetapi panggilan mendadak tidak aktif seolah ponsel tlah di blokir.
Melihat tindakan aksi itu. Membuat Arthur berlari dari Sirkuit Sentul menuju ke kediaman rumahnya di Jakarta, dengan memakan waktu 1 jam apalagi ini jam para kantoran pulang. Pasti akan macet dan membutuhkan waktu sekitar 1 jam lebih.
Tapi ia akan tetap berusaha untuk sampai ke rumah nya tidak peduli apa yang terjadi sama dirinya asalkan Arthur sampai ke rumah dan bertemu dengan kekasihnya itu.
***
Perjalanan 1 jam setengah pun akhirnya Arthur sampai di rumahnya dan terlihat di rumahnya sepi seolah tidak ada orang-orang, karena takut terjadi apa-apa Arthur langsung masuk tanpa permisi mengabaikan tatakrama dan sopan santunnya.
"Cyan!"
Arthur terkejut tidak main kala membuka pintu melihat di ruang tamu ada kedua orang tuanya, bersama dengan Yuzaki dan Krunn. Tidak lupa Navy, Cyan, Natha dan Pak Valen ada disana.
"Yuzaki! Krunn! Ada apa ini?"