S I B L I N G

Vinny Anjeli A
Chapter #1

S I B L I N G - 0 1

"Sekuat apapun kamu merahasiakan sesuatu, orang yang teramat sayang padamu akan tetap mengetahui itu."

🌦🌦🌦

Hujan membungkus kota, beberapa pelajar dan pekerja terjebak di sebuah halte dengan harapan barangkali masih ada buskota yang melaju menarik penumpang dengan cuaca dingin seperti ini. Semua orang sibuk mendekap diri masing-masing sambil sesekali menoleh ke jalanan untuk memastikan apakah bus benar-benar tidak menampakkan dirinya, atau hanya bercanda. Awan semakin gelap, angin kencang terasa begitu menusuk, menembus jaket tebal yang dipakai oleh beberapa manusia yang berteduh di halte. Beberapa lagi hanya bermodalkan kemeja putih, ataupun baju seragam sekolah yang membuat angin menusuk lebih dalam.

Azka, salah satu manusia yang terjebak di halte langsung saja berdiri saat bus terlihat dari jarak 100 meter. Setelah dua jam terjebak hujan, akhirnya dia bisa melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit.

Suara hentakkan kaki yang nyaris tidak terdengar mulai tiba di lantai tiga, Azka menyusuri jalan menuju ruang anggrek, ruang dimana Azila, ibu kandungnya dirawat. Sudah berbulan-bulan Azila memperjuangkan dirinya sekuat mungkin agar tetap bertahan hidup. Azka sedikit lega beberapa hari terakhir ini karena Azila dinyatakan mulai pulih.

Namun sepertinya Azka begitu cepat untuk lega, langkahnya terhenti di ambang pintu saat dokter yang selama ini mengurus Azila menutup kain putih ke seluruh tubuh Azila.

"Dokter! Ibu saya kenapa dok?"

Mata Azka berkaca, perlahan dia masuk dan mendekat ke arah Azila dan dokter.

"Maaf nak Azka, Nyonya Azila tidak bisa diselamatkan. Tadi tiba-tiba saja dia drop dan langsung menghembuskan nafas terakhir."

Azka menatap mayit Azila tidak percaya, matanya masih berkaca, sekuat tenaga dia harus menahan untuk tidak menangis karena itu akan menyusahkan ibunya yang telah tiada. Dia hanya bisa mengingat beberapa hari lalu Azila sudah bisa tersenyum dan kembali mendengarkan cerita Azka tentang sekolah, ujian, lomba, dan masih banyak lagi. Azka sangat terpukul dengan kepergian Azila, dia pikir, tidak akan ada lagi orang yang mengerti perasaanya, tidak ada lagi orang yang akan mendengarkan ceritanya, dan tidak akan ada lagi orang yang selalu membuat harinya berwarna. Selama 16 tahun Azka sangat bersyukur bisa mempunyai ibu seperti Azila. Ya, walaupun tanpa seorang ayah, Azka tetap bahagia.

Malam semakin larut, Azila dibawa ke kamar mayit sebelum akhirnya besok akan dimakamkan. Azka sudah hampir selesai merapikan barang-barang yang ada di rumah sakit, dia akan pulang malam ini juga dan akan kembali ke rumah sakit besok, saat ibunya dimakamkan. Dua menit sebelum dia meninggalkan ruangan bersejarah itu, Azka menemukan sebuah kertas yang terletak di lantai dekat kaki lemari. Azka memungutnya untuk dibuang ke kotak sampah, namun niatnya dia urungkan karena ada tulisan yang dia kenali di kertas itu. Yakni tulisan Azila.

"Temuilah ayah dan saudari kembarmu di kota kelahiranmu."

Azka dibuat shock oleh tulisan itu. Matanya membelalak sempurna, dia masih ingat sekali saat usianya masih 8 tahun, Azila bilang jika ayahnya sudah lama tiada. Azka masih membisu, bibirnya kelu, tangannya gemetar. Azka bingung harus merasakan apa sekarang, apakah dia harus bahagia karena ayahnya masih hidup? Atau dia harus sedih karena ayahnya tidak pernah berperan sebagai ayah di hidupnya? Dan soal saudari kembar? Azka tentu saja tidak pernah menyangka jika dirinya mempunyai seorang saudari.

🍁🍁🍁

Azila sudah dimakamkan tadi siang setelah sholat Zuhur. Azka baru pulang dari pemakaman saat sore hari. Sesampai di rumah, Azka tidak punya waktu untuk istirahat, dia sedang mencari sesuatu di lemari Azila. Setelah 20 menit menggeledah lemari, akhirnya Azka menemukan benda yang dia cari, yaitu surat kelahiran. Nyaris selama 16 tahun ini Azka tidak pernah tahu di rumah sakit mana dia dilahirkan. Secepatnya Azka harus menemukan ayah dan saudari kembarnya, untuk memenuhi pesan terakhir Azila. Besok adalah hari pembagian raport, sepertinya akan jadi hari terakhir pula dia menginjak sekolah yang selama ini menjadi saksi betapa berprestasinya dia selama satu setengah tahun menjadi pelajar di SMA Pancasila.

🍁🍁🍁

"Kamu serius mau pindah Azka?"

Ibu Dummah, salah satu guru killer sekaligus wali kelas 11 IPA 1. Bertanya serius dengan wajah datar seperti biasa.

"Iya Bu, saya ingin menjumpai ayah saya."

"Bukankah ayahmu sudah meninggal dunia?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Azka yang tadinya tertunduk, kini menatap Ibu Dummah yang penasaran.

"Ayah saya masih hidup Bu, ibu saya sengaja menyimpan rahasia ini entah apa tujuannya. Tapi sesaat sebelum ibu meninggal dunia, ibu memberi tahu bahwa ayah saya masih hidup dan tinggal di kota Palembang."

Lihat selengkapnya