Sedari tadi seorang pemuda tengah terduduk di sofa apartemennya dengan tatapan seolah kosong ke arah lantai.
Sebenarnya bukan tatapan kosong yang pemuda itu lakukan, melainkan tatapan yang sulit diartikan, karena pikirannya jauh menelisik dan menguraikan teka teki yang sedang ia ingin pecahkan kali ini.
Seorang pemuda lainnya dengan langkah ragu mulai menghampiri pemuda yang tak lain atasannya yang sedang duduk di sofa itu.
"Pak ... apakah barang bukti langsung di berikan saja pada tim forensik?" tanya pemuda yang kini berada tepat di hadapan atasannya itu.
"Hng ... kau serahkan pada tim forensik ... ah ... dan potongan senar itu ... apa kau sudah menyimpannya juga sebagai barang bukti?" tanya atasannya itu tiba tiba menatap lekat anak buah nya.
"Senar ??"
Kaget bawahannya itu sambil sesekali menatap atasannya dan juga rekannya yang kini berdiri disamping nya.
"Ck ... coba kau ambil potongan senar yang masih sedikit tertempel di lipatan leher korban itu," decak pemuda yang merupakan atasan kedua pemuda yang masih menatap bingung padanya.
Lama tak ada pergerakan dari kedua anak buahnya, Pemuda itu memilih meninggalkan kedua anak buahnya itu.
Ia paling tak suka jika perintahnya tak dimengerti oleh anak buahnya, untuk itu ia lebih memilih untuk turun tangan sendiri dibanding mengulang perintah yang sama pada anak buahnya itu, menurutnya mengulangi perintah yang tak di mengerti sama saja dengan dirinya yang membuang buang waktu secara sia-sia.
Kedua pemuda yang masih berdiam diri hanya dapat menatap bingung satu sama lain.
"Tom apakah kau mengerti apa yang dikatakan eagle eye padaku ?" tanya salah satu pemuda pada rekannya.
Pemuda yang diajak bicara itu hanya menggelengkan kepala nya sambil mengendikkan bahunya.
Tanpa berfikir panjang akhirnya kedua pemuda itu melangkah kan kaki nya kembali mengikuti langkah atasannya yang mereka sebut 'Eagle eye' itu.