S

Riyana
Chapter #3

Mulai Dekat?

Lo lebih cocok jadi cewek yang hangat daripada yang dingin.

•••••

Kringg ... Kringg...

"Vanny! Udah siang!"

Gadis manis berambut sedikit coklat kehitaman itu menggeliat ditempat tidurnya. Meraih ponselnya yang terus berdering.

06: 45 WIB

Mata Vanny seolah akan keluar melihat angka yang tertera di ponselnya.

"Mampus lo! 15 menit lagi!"

Vanny langsung menyambar handuk dan bergegas membersihkan diri.

Tak berapa lama, gadis itu sudah selesai bersiap. Tak memperdulikan penampilan rambutnya, ia langsung menyambar tasnya dan berlari menuruni tangga.

"Mama, papa, Vanny berangkat!"

Tanpa memakan sarapannya, ia bergegas menuju Civic car merahnya. Dan melajukannya melebihi kecepatan normalnya.

"Gila! Kenapa harus macet coba?" gerutu Vanny dalam hati.

Setelah sekitar 20 menit dalam perjalanan, akhirnya Vanny sampai di depan gerbang sekolah.

Namun, itu tak bisa membuatnya tenang. Pintu gerbang sudah tertutup. Artinya, ia terlambat. Dan ini pertama kalinya ia terlambat masuk sekolah.

"Pak Anto!" panggilnya pada satpam sekolah.

Pak Anto mendekat. "Neng Pani? Tumben telat, neng?"

"Pak, bukain gerbangnya ya, pak? Please, saya bangun kesiangan ... Masa bapak tega liat saya begini?" rengek Vanny dengan wajah memelas.

Pak Anto nampak berpikir. "Maaf neng, ini sudah ketentuan sekolah, siswa yang terlambat tidak diizinkan masuk. Hampura atuh, neng."

"Sekali ... Aja pak," bujuk Vanny.

Pak Anto tersenyum tipis dan menggeleng. "Maaf, neng."

Vanny menghela napas pasrah. Kemudian matanya menangkap kehadiran seseorang. Ia melihat orang itu melambaikan tangannya. Vanny menjalankan mobilnya mendekati orang itu.

Steve? Steve di luar sekolah, seragam keluar, rambut berantakan, tak pakai dasi. Mau jadi apa anak itu.

"Pagi Vanny," sapa Steve dengan senyum mengembang.

"Pagi. "

"Lo telat juga, Van?" tanya Steve.

"Iya. Lo?"

Steve mengangguk. "Udah biasa sih, lo mau masuk nggak?"

Vanny dengan cepat mengangguk. "Caranya?"

"Uhm ... Sebelumnya, mobil lo itu parkirin di gedung samping dulu. Nanti lo ikut gue," ujar Steve.

Vanny menurut. Ia menjalankan mobilnya memasuki gedung seni. Terlihat Civic car putih milik Steve di sana.

"Steve nakal juga," batin Vanny.

Setelah memarkirkan mobilnya, Vanny turun dan menghampiri Steve.

"Lo ikut gue ke gerbang belakang," ujar Steve.

Vanny mematung. Gudang belakang. Artinya, ia harus melewati beberapa kuburan untuk ke sana. Dan Vanny takut.

Melihat Vanny hanya diam, membuat Steve gemas. "Lo takut?" tanyanya. Namun Vanny tetap diam, "Udah, ayo! Ada gue," Steve menyergah tangan kiri Vanny dan membawanya berlari menuju gerbang belakang.

"Gimana masuknya?" tanya Vanny sambil memperhatikan sekitarnya. Kawat besi di sana sini. Bagaimana mereka masuk.

"Itu! Masuk situ!" Steve menunjuk sebuah pintu kecil.

"Yakin?" tanya Vanny.

Lihat selengkapnya