"... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."
(TQS. Al Baqarah: 222)
***
Ayahmu ini adalah manusia dewasa. Ada banyak momen yang serasa mustahil dilalui dalam hidup, yang kerap membuat tertegun, tercenung, dan berpikir, “Jika aku bisa, pasti karena doa ibu dan ayahku."
Dulu, waktu muda, aku ingin menguasai segalanya bahkan dunia juga ingin kukuasai. Akan tetapi, semakin ke sini, cita-citaku sederhana saja. aku ingin menguasai diriku sendiri. Itu saja.
Nak, teruslah bertumbuh. Aku, bapakmu, tak mengharapkanmu menjadi yang pertama karena angka tak membuktikan apa-apa. Siapkan saja dirimu untuk menerima segala kemungkinan. Karena dunia tak melulu seperti yang kita harapkan. Ke depan tidaklah mudah. Jatuh itu biasa, jangan lupa untuk bangun. Bangkit, berdiri, dan terus bergerak, terus melangkah maju.
Sebelum menjulang ke atas, tumbuhlah ke bawah sedalam-dalamnya. Kenapa harus menjulang tinggi hanya untuk roboh? Karena manusia makhluk social, lantas kau hanya berkenalan dengan manusia lain tanpa mengenali dirimu sendiri terlebih dahulu?
*
Pikiran kita adalah akses untuk mencari alasan. Manusia sering kali lebih mencintai jalan pikirannya sendiri, lalu tidak mau terbuka pada semua jawaban pandangan dari luar dirinya. Maka, jika fakta punya banyak versi, kita akan selalu memilih berpihak pada pikiran pribadi.
Mengalahkan diri adalah hal sederhana sekaligus tersulit yang harus dilakukan.
Ada ruang kosong di sela-sela sebuah kata. Ada banyak omong kosong di sela-sela bicara--tapi perlu. Adalah percakapan dengan teman yang selalu bisa menjaga kewarasan, menyelamatkanku dari jemu sempurna. Di tengah carut-marut fungsi mekanistik otomatik hampir robotik sebuah industri yang menyelubungi diri dengan judul keramah-tamahan manusia yang tak lebih dari basa-basi kehidupan, jarang sekali tanpa pamrih. Akan tetapi, tetaplah bersama mereka. Pastikan tetap ada pada lingkaran teman-teman--manusia yang hidup dan dekat--sebagai sosial kontrol kita.
*