Bagi sebagian orang, impian adalah hal yang wajar untuk mereka raih dimasa depan. Mereka berlomba lomba meraih impian nya, melakukan nya sesuai apa yang mereka harapkan. Tapi,tak sedikit juga dari mereka,bahwa impian menjadi halangan terbesar mereka untuk menjadi seseorang. Banyak hal yang diperjuangkan untuk impian yang hanya omong kosong semata. Lalu bagaimana ketika impian yang harusnya diperjuangkan malah menjadi penyesalan terbesar. Atau Bagaimana jika kita terpaksa harus mundur dan menyerah akan impian itu untuk melanjutkan kehidupan kita.
Aku lebih baik memilih untuk terus mengikuti apa yang seharusnya dijalankan, jika memang impian ku terhenti,maka aku harus terus berjalan dengan apa yang aku miliki, ketika semua hal ini telah selesai, aku akan berusaha untuk bangkit kembali dan berlari menghampiri impian yang telah terhenti. Hahhh terlalu melankolis dan terdengar klise bukan? Tapi bagaimanapun, aku harus tetap berjuang demi kehidupan ku sendiri.
Aku adalah seorang Anak yang tumbuh ditengah keluarga yang bisa dikatakan mampu. Ayah ku adalah seorang Diploma. Ibu ku adalah seorang selebriti yang penuh dengan kata sensasi. Kaka ku adalah seorang CEO di Perusahaan nya yang dia rintih dari Nol. Tapi tak kupungkiri, kerja keras nya itu sia sia saja, karena kami memiliki previlage yang sangat memungkinkan untuk dapat meraih apa yang kita inginkan. Dan aku adalah adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta Ternama di Indonesai. Karena hal itu, banyak sekali yang ingin berteman dengan diriku. Entah karena mereka tulus ingin berteman atau hanya karena mereka membutuhkan diriku ssbagai rasa simbiosi saja. Mencari keuntungan dari diriku untuk diri nya saja. Aku sudah pernah mempunyai banyak teman, sahabat tapi mereka mengkhianati kepercayaan ku begitu aja. Dari situ lah, aku merasa tidak memerlukan seorang teman. Karena dengan uang pasti akan aku dapatkan.
Aku bukan berniat untuk menyombongkan diri bahwa aku polpuler, tapi itulah kenyataan nya. Sungguh; aku tidak ingin semua itu, aku hanya ingin orangtua ku mengerti tentang diriku, menyayangi diriku seperti layaknya orang tua, kasih sayang yang aku butuhkan, bukan uang. Aku tidak ingin dituntut selalu sempurna dimata ayah ku, aku tidak ingin dibanding - banding kan dengan kakaku. Dia adalah dia dan ku adalah aku. Aku hanyalah manusia yang mempunyai kekurangan dengan sebisa mungkin aku selalu melengkapi nya dengan kemampuan yang aku bisa. Aku tidak ingin menjadi seperti ayah. Seorang Diplomat yang berwajah dua, didepan orang orang sungguh bermulut manis bagaikan donat berlapis madu, tapi dibelakang bagaikan bangkai ikan yang siap tercium aroma busuk nya. Aku juga tidak ingin menjadi seperti ibu, pura - pura menjadi keluarga yang harmonis didepan kamera hanya untuk konten semata, aku muak. Aku hanya ingin menjadi diriku. Aku menyukai seni, aku menyukai musik. Aku ingi menjadi seorang Penyanyi yang penuh dengan prestasi, bukan menjadi seperti kalian.
Rasanya setiap hari, ketika aku membuka mata, aku selalu merasa sesak dengan keadaan dirumah ini.
" pagi honey, sarapan dulu sini " seru ibu
Aku hanya diam begitu saja melewati mereka yang tengah asik menyantap sarapan pagi nya. Aku tidak pernah sudi untuk berhadapan dengan mereka ini. Manusia manusia munafik dan sial nya mereka adalah keluarga ku.
" kalau ditanya itu jawab, kau mau jadi anak durhaka hah? " tanya ayahku
" sejak kapan saya menjadi anak anda tuan ? " tanya sabila
" kurang ajar, SABILAA! KEMARI KAU ANAK SIALAN! " bentak ayah sabila
" sudah mas, jangan berteriak seperti itu, namanya juga anak muda " jawab ibu
" kau dan anak sialan itu sama saja " kata ayah , " harusnya dia bisa seperti kaka nya, lihatlah anak kebanggan ku, dia bisa menjadi seorang CEO di perusahaan ternama, dengan pengajaran ku dia dapat sesukses itu, tidak seperti anak mu itu " sambung ayah
" MAS! Sabila juga anak mu, dia darah daging mu "
" aku sudah tidak nafsu berdebat dengan dirimu "
*****
Aku langsung berjalan menuju garasi menuju motor sport yang aku beli sendiri hasil dari taruhan balapan liar. Hah ironis bukan? Seorang anak pejabat yang mempunyai segalanya, membeli sebuah motor dari hasil taruhan liar?. Ku nyalakan mesin motor ku, dan pergi dari rumah sialan itu menuju kampus.
" wah gila sabila makin cantik banget njirr "
" kuy neng sabila i love you "
" wahh edann "
" kiw kiw "
Terdengar beberapa seruan dari anak lelaki yang melihat kedatangan sabila. Sabila sudah di aneh lagi dengan seruan tersebut. Seruan yang memandang dia sebagi Dewi tercantikdi kampus ini. Tapi berbeda dengan respin dari mahasiswi nya, mereka menatap sinis kearah sabila.
" B aja ah, cantikan gw "
" apaan sih sok cantik deh "
" dikira keren apa pake baju begituan ke kampus "