Kini aku segera pergi dari hadapannya. Saat dia mendenggar kalimat terakhir yang aku lontarkan kepada dia. Dia terdiam membisu. Aku tahu, dia adalah manusia egois dan tidak pernah mau mendengarkan apa mau diriku, dia sama saja seperti ayahku. Bahkan, dia tidak pernah ada niat untuk membantu ku membela diriku dihadapan ayah. Bahkan ketika aku ditampar oleh ayah, dia hanya bisa melihat saja seperti aku tidak penting dikehidupan nya. Rasanya jika selalu diposisi seperti itu aku sungguh ingin menghilang dari keluarga ini. Mereka seperti menutup mata akan kehadiran ku dikeluarga ini, seolah olah ku adalah kesialan bagi mereka. Bukan aku yang meminta untuk dilahirkan dikeluarga seperti ini. Aku hanya perlu di apresiasi saja oleh ayah, mami dan saudara ku, hanya ingin diucapkan sepatah kata " sabar, semangat, " bahkan kata itu pun tidak pernah mereka ucapkan kepada diriku. Rasanya sesak sekali dalam dada ini.
Aku berusaha terlihat tegar, kuat didepan mereka padahal didalam sini hatiku hancur. Aku hanya bisa pasrah dan menangis setiap kali aku dalam keadaan seperti ini. Bayangkan saja, kelahiran mu tidak begitu diharap kan di dalam suatu keluarga. Aku menangis sambil mengendarai motor ku sekencang kencangnya, dan sial nya aku hampir menabrak pembatas jalan. Aku terlempar lumayan sekitar 5 meter dari keberadaan motorku. Aku sudah biasa seperti ini. Bahkan disaat seperti ini tidak ada seorang pun yang menolong ku. Aku menangis sejadi jadinya rasanya hari ini terlalu berat,
" aghhh bangsat! " teriak sabila sambil melemparkan helmnya dengan keras. Kini dia hanya menangis seorang diri sambil mengumpat seorang diri.
Aku kemudian meraih handphone ku, buru buru aku menghubungi Riko.
" Rikoooo " ucap sabila sambil menangis keras.
" luh kenapa bil?" tanya riko khawatir
" Gw jatoh dimotor, tolongin gw heuk heuk heuk " jawab sabila sambil menangis.
" ok gw kesana, lu tunggu ok, sharelock tempatnya "
****
Baru saja aku dan Bunda membicarakan sabila, panjang umur sekali dia. Dia tumben sekali menghubungi ku dijam seperti saat ini. Buru buru aku angkat telepon dari sabila. Aku mendengar suara tangisan dia yang kencang, aku sangat panik. Ku tanya dirinya alasan ia menangis, ternyata dia Kecelakaan, sungguh aku takut ketika dia menangis seperti itu, aku sangat takut kehilangan dia. Aku belum pernah mendengar dia menangis seperti ini sebelumnya. Tidak lama kemudian, aku segara pamit kepada bunda meminta izin untuk mendatangi sabila yang sedang terkena musibah. Untung saja, bunda mengizinkan ku dan menyuruhku cepat cepat untuk mendatangi sabila.
" bunda, riko mau pergi sebentar keluar "
" mau kemana lagi ko?"
" riko mau bantuin sabila, dia kecelakaan bun "
" astagfirullah, yaudah kamu cepet bantuin dia, liat dia,bunda takut dia terluka parah, hati hati kamu nak "
" iya bunda, riko pamit assalammu'alaikum "
" wa'alaikumussallam "
Aku pergi dan langsung mengendarai mobil ku dengan sangat kencang bak seorang pembalap profesional. Aku sangat panik dan khawatir setengah mati. Ini yang ku takutkan, ketika dia harus mengendarai motor seorang diri. Kekhawatiran ku kini terjadi.
Akhirnya setelah beberapa menit, aku sampai di TKP sabila. Buru buru aku menghampiri dan memeluk dirinya, menenangkan dirinya yang kini sedang menangis dengan kencang saat ku peluk. Aku tanya apakah ada yang sakit atau tidak, dia hanya menggelenggkan kepala saja. Tidak membutuhkan waktu lama, aku segera membawa sabila pergi ke rumah sakit terdekat untuk segera diobati. Aku teriak teriak didalam rumah sakit seperti orang gila, mencari keberadaan dokter untuk mengobati sabila.
" dokter dokter "
" dimana dokternya, cepat! Teman ku butuh pertolongan "
" maaf pak tolong jangan membuat kegaduhan disini " ucap perawat