Ketika bel istirahat berbunyi, Christian memberanikan diri mengahampiri meja Sabina. Mengulurkan tangannya ia kembali memperkenalkan namanya.
“Hai, nama gw Christian Walter. Maaf kalo lu ngerasa daritadi gw merhatiin lu.”
“Ooo iya, gak papa kok.” Jawab Sabina sedikit gugup karena ia tidak menyangka pria ini akan menghampirinya bahkan sampai mengajaknya berbicara.
“Ehmm aku mau ke kantin dulu ya, duluan Christ.” Buru-buru berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kantin.
Tanpa Sabina sadari Christian mengikuti dirinya yang sedang menuju ke kantin. Saat ia mengantri di depan sebuah kios yang bertuliskan ‘SOTO PAK MAMAN’ sebenarnya ia merasa kebingungan karena ia tidak tau apa itu soto.
Satu-satunya makanan khas Indonesia yang telah ia coba selama satu minggu berada di Indonesia adalah bakso. Ia berdiri di depan kios ini juga karena ia tertarik setelah melihat banyak orang yang mengantri di depan kios ini.
Dan jangan heran mengapa Sabina bisa membaca dan berbicara bahasa Indonesia karena tiga bulan sebelum ia pindah ke Indonesia, ia telah mempelajari bahasa Indonesia terlebih dahulu. Tapi memang bahasa Indonesianya masih tidak terlalu fasih.
“Lu mau pesen soto?”
“Jesus Christ. Apa? O iya, aku mau pesen soto.” Ucap Sabina yang sedikit kaget sebenarnya karena keberadaan pria itu tiba-tiba.
“Emang lu dah pernah makan soto sebelumnya?”
“Belum sih. Karena itu aku mau coba sekarang.”
“Ooo. Soto enak sih tapi lu suka lemak gitu gak?”