Sabina menjalani hari-hari di sekolahnya seperti biasa. Ia juga semakin akrab dengan Sarah dan Elanor. Bahkan sekarang juga, ia mulai berteman dengan teman-teman basketnya Christ, yaitu Abi, Dilan, Judas, Cadillo.
Hal ini bisa terjadi karena Christ yang selalu mengajak Sabina untuk makan bersamanya di kantin. Jadinya mereka selalu makan berdelapan di kantin kalau tidak berkumpul di dalam kelas.
Tidak lupa Sabina berusaha mencari-cari dompet yang sama dengan dompet Wonho yang telah ia jatuhkan. Dan saat ia mengecek anggota club dance ia tidak sengaja melihat nama Wonho disana.
Jadi, ia berencana untuk mengembalikan dompet dan uang pria itu ketika bertemu di club dance pada hari Sabtu. Hari Sabtu pun tiba. Dan benar ia melihat Wonho lagi pada hari itu.
Sabina sudah berniat untuk memberikan dompet tersebut setelah kegiatan clubnya selesai. Ia pun mencari Wonho sesuai niatnya ketika kegiatan club telah usai.
Namun, ia tidak menemukan Wonho dimana-mana. Sampai akhirnya ia mendengar suara orang terisak di dalam ruang ganti baju. Ia pun berusaha menguping dan ia mendengar….
“Maaf ma Wonho bahkan gak bisa jaga satu-satunya foto kenangan sama mama. Semoga mama tetep tenang disana.” Sedikit terisak sambil menghapus air matanya.
Ketika ia keluar dari ruang tersebut, ia sangat terkejut karena menemukan Sabina tepat berada di depan pintu ruangan bahkan hampir jatuh kalau ia tidak menahan pinggangnya.
Dan posisi mereka sekarang terasa sangat aneh, apalagi tanpa sengaja mata mereka berdua bertemu. Wonho buru-buru melepas pegangannya, sehingga Sabina terjatuh ke lantai.
“Auuuu!”
“Maaf. Lagian siapa suruh kamu nyender ke pintu. Terus ngapain juga… eh kamu jangan-jangan nguping ya!”
“Enak aja. Ya saya denger sih, tapi tadinya gak maksud begitu.”
“Terserahlah. Dasar cewek aneh.”
“Eh tunggu-tunggu. Nih dompetnya, saya udah cari yang semirip mungkin. Oiya, sekali lagi, saya minta maaf karena jatuhin dompet kamu yang pasti isinya penting banget buat kamu.
Maaf juga karena sebelumnya saya mikir kamu yang terlalu emosian dan over, padahal saya udah mau tanggung jawab buat ganti. Saya gak kepikiran kalo mungkin ada barang yang gak bisa saya ganti. Maaf sekali lagi.
Oiya, buat nebus rasa bersalah saya, saya mau kok lakuin apapun yang kamu mau, saya janji. Eh, tapi gak boleh yang aneh-aneh. Ehm, kalo gitu saya permisi dulu ya. Sekali lagi, saya minta maaf.”
“……”
Sabina langsung pergi meningalkan Wonho. Tanpa sempat Wonho mengucapkan satu patah kata pun.
“Bener-bener cewe yang aneh. Ya ampun, ada duitnya lagi. Padahal gw beneran gak papa kalo dia gak balikin. Yodahlah.”
Wonho juga pergi meninggalkan ruang club tersebut. Ketika sampai di luar, ternyata sedang turun hujan. Ia pun melihat Sabina berdiri kebingungan di depan terlihat tidak akan bisa pulang sampai hujannya berhenti.