Hari-harinya Sabina lalui begitu saja. Tanpa sadar hubungan dia dan Wonho semakin akrab. Bahkan mereka selalu berangkat dan pulang sekolah bersama.
Sebab Wonho memaksa dengan berkata bahwa rumah mereka kan sama lalu mengapa harus berangkat sendiri-sendiri.
Ia berkata Sabina boleh membayar uang bensin jika merasa tidak enak. Tapi, tiap Sabina memberikannya, pria itu selalu memiliki alasan untuk menolaknya.
Entah ia beralasan dengan menyuruh Sabina untuk mentraktirnya makan saja atau membayar parkiran mobilnya saja. Yang tentu saja pada akhirnya, itu semua juga hanya omong kosong.
Karena setiap ingin membayar, gadis itu selalu kedahuluan oleh Wonho. Rupanya tanpa Wonho sadari, ia mulai merasa terbiasa dengan kehadiran gadis itu dalam hidupnya. Begitu pula dengan Sabina, yang merasa samgat nyaman ketika pergi dengan pria itu.
Bukan hanya itu, tapi ia juga selalu senang ketika bertemu dengan Wonho. Dan ia merasa, rasa senang yang ia rasakan ketika bertemu dengan Wonho sangat berbeda dengan rasa senang yang ia rasakan ketika ia bertemu dengan Christian.
Ia juga semakin sering menceritakan tentang Wonho kepada teman-temnnya yang lain seperti bercerita bahwa Wonho dan dia tinggal di satu kawasan, yaitu di Sudirman Suites.
Ia bahkan juga bercerita tentang Wonho yang ternyata berasal dari negeri Korea Selatan dan memiliki marga Lee.
“Christttt, gw mau cerita sama lu.”
“Cerita apa?”
“Jadi gw belakangan ini, mulai sadar gitu. Kalo ternyata gw lagi suka sama seseorang. Dan orang ini tuh berada deket banget sama gw. Dia selalu nemenin gw pas gw seneng ataupun pas gw sedih.”
Mendengar hal itu, membuat Christian berpikir bahwa orang yang dimaksud gadis itu adalah dirinya. Ia merasa sangat senang karena mengira cintanya kepada gadis ini berarti berbalas.
“Sebentar Sa, gw aja yang ngomong. Lu kan cewe, masa lu yang ngungkapin duluan. Jadi Sabina Clark gw suka sama lu, I love u so much. So, will you be my girlfriend?”