Semua orang yang menjadi perwakilan sekolah untuk lomba renang di Hong Kong sekarang tentu sedang sibuk berlatih. Termasuk Wonho dan Sabina yang juga sedang berlatih dengan giat.
Karena memang jarak waktu sebelum perlombaan dimulai tinggal dua minggu lagi. Sabina sebenarnya merasa agak kelelahan dengan semua latihan yang dijalaninya hari ini. Apalagi memang intensitas latihan mereka terus meningkat.
Jika jadwal mereka ekskul seharusnya hanya di hari Selasa. Sekarang mereka juga bahkan harus berenang di hari Kamis dan Jumat.
Sabina merasa agak kurang enak badan tentunya juga karena faktor kurang tidur kemarin malam. Saat selesai latihan untungnya Wonho dengan cepat mengantar mereka berdua ke penthouse mereka.
"Kamu pucet banget sa. Pusing gak?"
"Iya. Sedikit doang si."
Wonho pun mengulurkan tangannya menyentuh dahi Sabina.
"Sa ini panas banget loh. Lu ada obat gak di rumah?"
"Kayaknya ada si."
"Ntar gw mampir dulu ya ke tempat lu."
"Gak usah lah. Ntar juga minum obat sembuh kok."
"Gak ah. Gw gak percaya sama lu. Kalao ada gw kan jadi ada yang jagain juga. Kalo lu kenapa-napa gimana coba."
"Yodah terserah." Memilih pasrah menuruti pacarnya itu karena sudah tidak ada tenaga lagi untuk menyahutinya.
Saat sudah sampai di Sudirman Suites, ia bingung apa harus membangunkan gadisnya itu atau tidak. Akhirnya ia memilih untung menggendong gadis itu karena tidak tega membangunkannya yang terlihat sudah sangat pucat tidak bertenaga.
Tapi karena ia tidak tau password rumah gadis ini, ia pun terpaksa membangunkan gadis ini.
"Saa sa. Bangun."
"Ehmm." Gumamnya dan tak lama kemudia mengerjapkan matanya. Terkejut karena menyadari posisinya yang sekarang tengah digendong oleh pacarnya tersebut.
"Eh turunin Lee. Gw pasti berat banget. Cepet turunin gak!"