Setelah itu Wonho tidak bisa tidur malamnya. Tentu saja alibat hal yang sudah ia lakukan dengan Sabina sebelumnya. Ia merasa dirinya seperti leleki bejat. Tapi setelah ia pikir lagi Sabina juga bukan menolaknya.
Berarti apa yang telah ia lakukan bukanlah hal pelecehan bukan. Sebab ia sendiri tidak melakukan pemaksaan terhadap pacarnya itu. Karena bahkan Sabina sempat membalas kecupannya.
Masih berbekas dengan jelas di ingatannya bagaimana gadis itu membalas kecupannya dengan perlahan. Ya tentu saja ia tahu itu pasti adalah pengalaman pertama gadis itu dalam berciuman. Sama sepertinya, mungkin dia lebih ahli sedikit karena bagaimanapun dia pria. Ya ia tidak ingin munafik.
Ia memang sudah pernah menonton hal-hal yang berbau dewasa tersebut. Tapi untungnya dia bukan menjadi pecandu akan hal itu. Ptaknya masi dapat bekerja dengan sedikit lebih baik. Ia jadi teringat lagi betapa manisnya rasa bibir itu.
"Aaaaa sumpah. Stop pikirin itu Lee Wonho." Sambil memukul-mukul pelan kepalanya sendiri.
Akhirnya ia memilih untuk mandi dengan air dingin. Dengan maksud agar dapat menjernihkan pikirannya yang sudah sangat kotor tentunya.
Di sisi lain Sabina pun tidak bisa tidur dengan tenang. Ia merasa bodoh karena bahkan sempat membalas ciuman pacarnya itu. Harusnya ia bisa dengan lebi cepat mendorong pria itu.
Tapi bagaimana pun dia masi bersyukur karena setidaknya otaknya masi dapat berpikir dengan waras. Lagipula mengapa pria itu sangatlah menggoda.
"Tunggu. Menggoda. Uwahhh sadarlah Sabina!! Apa yang telah kukatakan." Sambil menutup mukanya dengan bantal. Ia merasa malu karena mengatakan hal itu.
"Tapi mengapa dia sangat pandai saat menciumku. Dasar! Padahal itu ciuman pertamaku. Tapi sepertinya itu bukan ciuman pertamanya." Raut mukanya menjadi sedih.
Akhirnya Sabina memilih untuk tidir saja. Daripada ia semakin pusing dan nanti membuat demamnya semakin parah. Jadi ia memilih untuk mengistirahatkan pikirannya dan juga tubuhnya. Ia pun memasuki alam mimpi.
"Tidak tidak TIDAK!!"