Sabina's Dream

Jennifer Halim
Chapter #22

Bab 22

Sabina melihat seorang gadis sedang menangis di sebuah taman. Gadis itu terduduk di bangku taman sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan kecilnya.

Tak lama ia melihat seorang pria yang dikenalinya menghampiri gadis itu. Pria itu adalah Christian. Lalu ia berusaha menenangkan gadis yang sedang menangis itu. Akhirnya Sabina dapat melihat wajah gadis itu.

Ia memiliki mata bulat yang hitam cocok sekali dengan warna rambutnya yang juga hitam dan panjang. Dan hidung mungil yang tidak terlalu mancung tapi terlihat pas di wajah gadis itu. Serta bibir tipis yang warnanya pink.

Sabina terbangun dari mimpinya, ketika bunyi alarm yang sangat kencang terdengar oleh telinganya. Ternyata sekarang sudah jam 5.30 pagi. Ia segera bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Sesampainya di sekolah, ia segera menghampiri Christian untuk menceritakan tentang mimpi yang dialaminya tadi. Ia memberitahu tentang ciri-ciri gadis itu dan dimana lokasi gadis itu.

Ia yakin bahwa mimpi itu adalah sebuah tanda agar temannya ini datang me tempat itu karena di mimpinya ia melihat Chris datang mengahampiri gadis kecil itu dan menghiburnya.

"Chris, gw mimpi lu ngehampirin seorang cewe. Dia lagi nangis terus lu ngehibur dia jadinya."

"Hah? Siapa Sa? Lu kenal gadis itu?"

"Gw si gak kenal. Tapi gw yakin lu pasti kenal. Soalnya di mimpi gw lu keliatan khawatir banget sama gadis itu."

"Ehm bisa sebutin ciri-cirinya?"

"Ok. Jadi cewe itu rambutnya panjang hitam, matanya bulat dan warnanya hitam juga seperti rambutnya, hidungnya mungil walaupun gak terlalu mancung, dan bibirnya tipis berwarna pink."

Chris terdiam sejenak. Dan dari ciri-ciri tersebut, orang yang terlintas dalam pikirannya adalah teman adiknya itu.

"Lu liat dia nangis dimana?"

"Gw gak tau juga. Tapi yang jelas itu di taman. Ohh gw inget gw ngeliat tulisan di papan yang ada di taman itu. Tulisannya Taman Komplek Nusa Indah."

"Ok Sa. Thank you ya udah kasih tau gw. Walaupun itu mimpi si."

"Chris dengerin gw. Mungkin lu gak percaya, tapi mimpi gw kadang bener-bener jadi kenyataan. Dan kalo lu gak datengin cewe itu gw yakin lu bakal nyesel. Karena di mimpi gw keliatan banget kalo lu peduli sama cewe itu. Dan kalo gw gak salah kayaknya itu sekitar jam 4an deh soalnya langit dah gak begitu terang."

"Iya. Makasih sekali lagi Sa atas infonya."

Jujur sekarang ia kebingungan apakah ia harus mempercayai onongan gadis itu atau tidak.

Pulang sekolah.

Christian sampai di rumahnya. Dan ia kembali memikirkan omongan Sabina. Ia sendiri merasa itu konyol. Dan ia sebenarnya cukup kaget saat mendengar tempat yang disebutkan oleh Sabina.

Bagaimana tidak, jelas-jelas taman yang dimaksud adalah taman komplek perumahannya. Dan ia yakin seharusnya Sabina tidak mengetahui taman itu karena tidak pernah melihat atau datang ke taman itu. Tapi bagaimana bisa ia menyebut nama taman tersebut dengan benar.

Tanpa terasa jarum jam sudah menuju angka empat. Akhirnya ia memilih untuk mencoba mempercayai mimpi gadis itu. Ia segera mengganti bajunya dan berlari menuju taman komplek perumahannya.

Dan ia merasa sangat terkejut ketika melihat teman adiknya itu benar sedang berada di bangku taman tersebut. Gadis mungil itu sedang menutup mukanya dengan kedua tangannya yang kecil dan terlihat bahwa bahunya sedikit sesenggukan.

"Hei." Ucapnya pelan sambil menyentuk pelan bahu gadis itu.

Tapi ternyata gadis itu sedikit tersentak. Cukup terkejut karena tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya. Lalu ia menoleh dan melihat bahwa kakak temannya itu sudah duduk di sampingnya.

Ia segera mengalihkan mukanya dan menghapus beberapa bulir air matanya yang masih tersisa di wajahnya. Lalu ia menoleh kembali ke pria itu.

Lihat selengkapnya