Sabrina

Nanda M. Aksan
Chapter #1

Aku kira aku akan diculik.

"Jadi kamu yang bernama Ezra," tanya seseorang yang entah dari mana datangnya. Menghentikan langkah manjaku yang hendak pulang.

"Iya," jawabku singkat.

"Oke, bisa bicara sebentar?" tanyanya dengan serius.

"Maaf, Anda siapa ya?" tanyaku. Di dalam hati aku mengingat-ingat siapa lelaki tinggi dengan pakaian rapih itu.

"Oh iya. Perkenalkan nama saya Ardi. Saya adalah ... bisa ikut saya sebentar kita cari tempat duduk yang nyaman," pintanya. "Gak perlu takut saya bukan orang jahat," bujuknya yang mungkin melihat ekpresiku yang kebingungan atau takut atau seperti orang kebelet.

Jujur ini sangat aneh dan menakutkan, tiba-tiba bertemu orang yang tidak dikenal lalu mengajak pergi ke suatu tempat. Meskipun sudah dekat rumah tapi tetap saja rasanya menghawatirkan.

Ada beberapa hal yang aku pikirkan tentang orang itu, mungkinkah ini modus hipnotis atau MLM atau bahkan sales penjualan produk. Skenario terburuknya adalah penculikan hingga pemerkosaan atau penjualan organ manusia. Sumpah ini menjadi semakin menakutkan. Kadang aku berfikir untuk lari saja tapi takutnya dia mengejar dan selanjutnya kami seperti pasangan di ftv yang sedang bertengkar.

Akan tetapi kalau diperhatikan lagi umurnya tidak jauh dariku mungkin beberapa tahun lebih tua. Kalau dari tampang dan gaya berpakaian sih sepertinya orang baik-baik, tidak terlihat seperti kriminal ataupun laki-laki penyuka sesama jenis.

Tentu saja aku tahu laki-laki penyuka sesama jenis itu seperti apa dan gayanya seperti apa karena dalam waktu luangku kadang aku suka memperhatikan mereka. Memang aneh dan gak penting tapi untuk membunuh kebosanan aku dan temanku Alfian suka melakukan hal seperti itu. Kadang kami juga suka mengintip bencong di sekitaran hotel tempat biasa kami nongkrong.

"Kok melamun?" tanyanya menyadarkan aku dari pikiranku yang melayang sampai ke hati bencong.


"Oh, gak. Eh maaf," jawabku spontan. Pikiran mulai kembali pada percakapan aneh ini.

"Kita ngobrol di situ saja." Ardi menunjuk pada sebuah bangku yang berada di atas trotoar jalan. Di depannya terparkir sebuah motor matic. Aku berasumsi itu miliknya dan kalaupun bukan mungkin itu milik orang yang sedang kencing di balik pohon di belakang bangku yang Ardi tuju.

Kondisi jalan cukup ramai karena hari sudah sore. Banyak orang yang beralu lalang. Aman pikirku, kalau pun ada apa-apa tinggal kabur atau teriak,"tolong pemerkosa!" Pasti orang-orang akan datang menolong.

Lihat selengkapnya