Sacred Promised

Oleh: Dudun Parwanto

Blurb

Zulfikar, wartawan majalah berita mingguan REFORMA heran melihat teman kosnya, Herman, pulang membawa bingkisan. Herman, seorang pegawai Kemenag keceplosan mengatakan dana pembelian bingkisan itu berasal dari bunga Dana Abadi Umat/ DAU. Naluri wartawan Zulfikar muncul, ia pun melakukan browsing untuk mengetahui tentang DAU. Ternyata DAU adalah tempat memarkir dana keuntungan penyelenggaraan ibadah haji setiap tahun. Tahun 2015, DAU memiliki saldo Rp 3,5 triliun dan menurut prediksi bunganya per bulan sekitar Rp 14 miliar. Zul ingin tahu kemana bunga DAU itu selama ini mengalir?
Dalam Rapat Redaksi, Zulfikar mengusulkan untuk melakukan investigasi DAU. Awalnya Batubara, sang Pimred, tak terlalu serius menanggapi, apalagi Zul termasuk wartawan yang prestasinya biasa saja. Namun ketika Zul mengeluarkan data-data yang sudah dihimpunnya dan melakukan presentasi singkat, Batubara, akhirnya menerima usul tersebut kemudian membentuk tim beranggotakan 3 orang untuk melakukan investigasi reporting. Zul merasa tertantang untuk membuktikan diri sebagai wartawan yang handal. Apalagi Aisyah kekasihnya, mendukung agar Zul bisa menjadi wartawan yang "berbeda" untuk meyakinkan ayahnya Haji Murod, yang selama ini menganggap Zul sebelah mata.
Suatu hari, Zulfikar mewawancarai pengelola DAU, Dolalah, pejabat eselon II di Kemenag. Menurut Dolalah, bunga DAU digunakan untuk bantuan keagamaan dan sosial. Namun ia enggan memberikan data penerima DAU lebih rinci. Ketika pulang, Dolalah sempat memberikan amplop, namun Zul menolaknya. Di lain pihak, LSM pengawas Haji pimpinan Khudori mengatakan tidak ada masalah dengan pengelolaan DAU. Zul melihat ada sesuatu yang disembunyikan dari keterangan tersebut. Akhirnya ia menemukan Peraturan Presiden dan Kepmen yang menjelaskan penggunaan DAU.
Zulfikar kesulitan mendapatkan data penerima DAU. Dari Haji Darwis, ia mendapat informasi tentang bekas pejabat Kemenag yang dimutasi ke daerah karena mengkritisi DAU, yakni Rahman yang menjadi kepala KUA di Garut, Jawa Barat. Rahman sebelumnya adalah Direktur Pengelola Dana Haji yang kini ditempati Dolalah. Kemudian Zul menemui Rahman yang awalnya enggan membeberkan hal itu. Rahman mau memberikan data itu, bila Zul berhasil menghafal surat Ar Rahman. Beruntung Zul pernah mengaji sehingga dalam 2 hari dia sudah hafal surat Ar Rahman. Selama di Garut, Zul mengenal Fatimah, perempuan bercadar anak Rahman. Bahkan tak hanya data, Rahman merestui bila Zul melamar anaknya dengan mahar Hafalan Ar Rahman. Namun, Zul ingin fokus untuk menguak skandal DAU. Sebelum menyerahkan data itu, Rahman minta Zul mengucapkan janji suci "Sacred Promise" untuk menguak penyimpangan DAU, meski nyawa taruhannya.
Zulfikar terkejut karena yayasan As Salam, yang dikelola Haji Murod menjadi tangan kanan pembagian DAU. Khudori pun memperhatikan gerak-gerik Zul menguak DAU. Dengan didukung Dolalah, Khudori dan Handoko melakukan upaya mulai dari suap hingga penganiayaan agar Zul menghentikan investigasinya. Bahkan Aisyah ditekan ayahnya agar meminta Zul tidak melanjutkan investigasi DAU.
Saat Zul menghadapi dilema, Fatimah menyampaikan kabar bahwa ayahnya meninggal akibat dianiaya orang. Zul menduga apa yang menimpa Rahman terkait dengan DAU, karena dia juga menghadapi teror serupa. Kepergian Rahman dan dukungan Aisyah memotivasi Zul untuk menunaikan Sacred Promise-nya. Aisyah ternyata kawan Pesantren Fatimah dan akhirnya Aisyah memberi dukungan pada Zul untuk mengungkap skandal yang melibatkan ayahnya.
Akhirnya berita yang menguak penyalahgunaan DAU menghebohkan masyarakat. Majalah Reforma laris manis. Beberapa anggota DPR, Kemenag dan LSM pun terseret kasus itu. Zul pun mendapat hadiah uang dari kantor, karena dalam sehari majalah sudah habis terjual, yang digunakannya sebagai mahar untuk melamar Aisyah. Akad nikah terpaksa dilangsungkan di Polres, karena haji Murod sedang ditahan untuk proses pemeriksaan. Namun sebelum akad nikah Haji Murod mengganti maharnya pernikahan mereka dengan hafalan surat Ar Rahman. Zul pun bahagia karena Sacred Promise nya dengan Rahman telah terbayar lunas.




Lihat selengkapnya